Tingkatkan Ekspor Andaliman, Kemendag Bahas Strategi Pemasaran

Jakarta, 26 Agustus 2021 – Kementerian Perdagangan terus mengupayakan produk andaliman sebagai produk unggulan ekspor Indonesia agar dapat bersaing di pasar global. Sejumlah strategi disusun sehingga ekspor andaliman ke mancanegara dapat meningkat dan kinerja perdagangan Indonesia semakin baik.
Strategi tersebut dibahas pada seminar web (webinar) seri keempat yang mengusung tema “Strategi Pemasaran Produk Andaliman”, pada Jumat (20/8) lalu. Sebelumya, Kemendag telah menggelar webinar serupa dengan tema “Pengembangan Produk Andaliman untuk Ekspor” pada 30 Juli 2021 dan “Branding Andaliman sebagai rempah khas Indonesia” pada 16 Juli 2021, serta “Peluang dan Tantangan Pemanfaatan Produk Andaliman” pada 2 Juli 2021.
Hadir sebagai narasumber yaitu Atase Perdagangan KBRI Berlin Nurlisa Arfani dan Konjen RI Marseille pada 2018–2020 Asianto Sinambela.
“Webinar ini ingin mengetahui strategi pemasaran yang tepat dan efektif dalam memasarkan produk andaliman untuk pasar domestik maupun internasional, serta mengetahui peluang, tantangan, dan hambatan dalam menerapkan strategi tersebut,” ungkap Plt. Direktur Pengembangan Produk Ekspor Marolop Nainggolan.
Menurut Marolop, andaliman memiliki keunikan dan kekhasan sendiri yang dapat dikembangkan agar berdaya saing dan memicu peningkatan ekspor. “Untuk itu, strategi pemasaran yang tepat diperlukan untuk menempatkan posisi andaliman sebagai produk potensial di pasar ekspor dan memiliki nilai ekspor yang menjanjikan,“ jelasnya.
Pada webinar tersebut, Atase Perdagangan KBRI Berlin Nurlisa Arfani memaparkan potensi pasar Jerman yang menjanjikan bagi produk andaliman Indonesia. “Peluang ekspor terbuka karena Jerman memberi perhatian khusus pada 100% produk natural yang menggunakan organik bio sehingga produk dengan komponen tersebut lebih mudah masuk dan diterima di pasar Jerman.
Selain itu, kebutuhan Jerman terhadap andaliman cukup tinggi yaitu 3—4 ton per tahun (niche market) dari sekitar 30,000 ton kebutuhan terhadap lada,” terangnya.
Namun, Nurlisa menekankan, peluang pasar ekspor di Jerman bisa dimanfaatkan jika produsen/pelaku usaha dapat meningkatkan dan menjaga kualitas melalui pengendalian mutu. “Pengendalian mutu perlu dilakukan dimulai dari panen, pengeringan, pembersihan, sortir, pergudangan, dan pengiriman,” ungkapnya.
Selain itu, lanjutnya, produk andaliman bisa lebih berdaya saing jika produsen/eksportir dapat menekan biaya logistik dan biaya pengolahan pascapanen sehingga harganya lebih kompetitif.
Strategi lain yang disampaikan Nurlisa, yaitu dengan melakukan berbagai promosi untuk memperluas pasar ekspor andaliman di kawasan Uni Eropa. “Salah satunya dengan memperkenalkan berbagai jenis makanan dan minuman khas Jerman dan khas Indonesia yang menggunakan andaliman,” imbuhnya.
Menurut Nurlisa, akses andaliman ke pasar Jerman bisa ditempuh melalui distributor (Spice United GmbH, IndoConsult GmbH, dan Biova GmbH), kemitraan antara distributor/peritel di Jerman dengan kelompok tani di Indonesia, melalui pameran dagang internasional (BIOFACH, ANUGA FOOD, Hi Natural Ingredients).
Ia juga mengungkapkan, harga andaliman di pasar ritel Jerman masih tergolong cukup mahal. Hal ini karena faktor teknologi pengolahan yang belum berkembang dengan baik, khususnya jika dibandingkan dengan negara yang sudah lebih unggul seperti Brasil dan Vietnam. “Untuk itu, diharapkan andaliman dapat dibudidayakan secara masif sehingga tidak perlu lagi mengambil dari hasil hutan dengan biaya logistik yang tinggi,” tutur Nurlisa.
Yang tidak kalah penting, ujar Nurlisa, diperlukan upaya untuk meningkatkan pembinaan kepada para petani saat budidaya dan masa panen, menggencarkan promosi produk olahan yang menggunakan bahan baku andaliman, serta menghindari penggunaan etylendioksida dan chloropyrifos (untuk perkebunan) dan Herbisida glifosat (untuk tanaman hutan).
Sementara itu, Konjen RI Marseille pada 2018–2020 Asianto Sinambela menambahkan, Indonesia harus memiliki beberapa persyaratan yang harus diperbaiki sebelum melakukan ekspor andaliman. Misalnya, memperkuat kapasitas panen dan proses pengolahan andaliman serta melakukan diversifikasi produk olahan dan turunan.
“Indonesia juga bisa membuat akses pasar melalui ritel seperti toko modern ataupun lokapasar daring. Selain itu, kita bisa memasarkan andaliman secara luas di pasar ekspor dan domestik agar andaliman makin banyak dikenal dan disukai calon konsumen,” imbuh Asianto.
Untuk masuk ke pasar Uni Eropa dan Amerika Serikat, lanjut Asianto, Indonesia harus memiliki pasar kuliner Indonesia di negara-negara tersebut. Saat ini, pasar kuliner Indonesia masih sedikit bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya seperti Thailand, Vietnam, dan Filipina.
Indonesia diharapkan memiliki bisnis proses dan kapasitas produksi yang jelas dan mudah sehingga para eksportir tidak mengalami kesulitan dalam memenuhi sertifikasi dan ketentuan di negara tujuan ekspor. Syarat lainnya yang harus diperbaiki yaitu mengurangi hama penyakit lalat buah, mulut, kuku, serta pestisida. Untuk memudahkan proses ekspor, Indonesia juga harus bisa menurunkan biaya jasa transportasi dan logistik serta menghilangkan tarif eskalasi.
Produsen/eksportir juga dapat menjalin komunikasi dengan KBRI, Atase Perdagangan, Diaspora RI untuk membangun jejaring global; memanfaatkan penggiat Youtube dan selebgram lokal untuk promosi produk; serta membangun Indonesia trading house di luar negeri.
”Kebijakan strategis yang dapat diaplikasikan untuk pengembangan pasar andaliman yaitu Indonesia perlu membuat peta jalan (roadmap) strategis untuk pengembangan produk andaliman di pasar ekspor,” ujar Asianto.
Webinar seri terakhir rencananya akan dilaksanakan pada Minggu (1/9). Webinar kelima ini akan menggali informasi komoditas andaliman dan turunannya dengan mengundang para peneliti, pebisnis, dan petani andaliman. Pada tahap terakhir akan dilaksanakan penjajakan kesepakatan dagang (business matching) andaliman dan produk turunannya.
“Webinar selanjutnya akan mempertemukan para petani, pelaku bisnis/eksportir andaliman, dinas perindag daerah dengan perwakilan perdagangan di luar negeri. Business matching digunakan sebagai ajang tes pasar domestik produk andaliman sebelum siap memasuki pasar ekspor,” pungkas Marolop.