Tingkatkan Ekspor Andaliman, Kemendag Bahas Strategi Pemasaran

Strategi lain yang disampaikan Nurlisa, yaitu dengan melakukan berbagai promosi untuk memperluas pasar ekspor andaliman di kawasan Uni Eropa. “Salah satunya dengan memperkenalkan berbagai jenis makanan dan minuman khas Jerman dan khas Indonesia yang menggunakan andaliman,” imbuhnya.
Menurut Nurlisa, akses andaliman ke pasar Jerman bisa ditempuh melalui distributor (Spice United GmbH, IndoConsult GmbH, dan Biova GmbH), kemitraan antara distributor/peritel di Jerman dengan kelompok tani di Indonesia, melalui pameran dagang internasional (BIOFACH, ANUGA FOOD, Hi Natural Ingredients).
Ia juga mengungkapkan, harga andaliman di pasar ritel Jerman masih tergolong cukup mahal. Hal ini karena faktor teknologi pengolahan yang belum berkembang dengan baik, khususnya jika dibandingkan dengan negara yang sudah lebih unggul seperti Brasil dan Vietnam. “Untuk itu, diharapkan andaliman dapat dibudidayakan secara masif sehingga tidak perlu lagi mengambil dari hasil hutan dengan biaya logistik yang tinggi,” tutur Nurlisa.
Yang tidak kalah penting, ujar Nurlisa, diperlukan upaya untuk meningkatkan pembinaan kepada para petani saat budidaya dan masa panen, menggencarkan promosi produk olahan yang menggunakan bahan baku andaliman, serta menghindari penggunaan etylendioksida dan chloropyrifos (untuk perkebunan) dan Herbisida glifosat (untuk tanaman hutan).
Sementara itu, Konjen RI Marseille pada 2018–2020 Asianto Sinambela menambahkan, Indonesia harus memiliki beberapa persyaratan yang harus diperbaiki sebelum melakukan ekspor andaliman. Misalnya, memperkuat kapasitas panen dan proses pengolahan andaliman serta melakukan diversifikasi produk olahan dan turunan.
“Indonesia juga bisa membuat akses pasar melalui ritel seperti toko modern ataupun lokapasar daring. Selain itu, kita bisa memasarkan andaliman secara luas di pasar ekspor dan domestik agar andaliman makin banyak dikenal dan disukai calon konsumen,” imbuh Asianto.
Untuk masuk ke pasar Uni Eropa dan Amerika Serikat, lanjut Asianto, Indonesia harus memiliki pasar kuliner Indonesia di negara-negara tersebut. Saat ini, pasar kuliner Indonesia masih sedikit bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya seperti Thailand, Vietnam, dan Filipina.
Indonesia diharapkan memiliki bisnis proses dan kapasitas produksi yang jelas dan mudah sehingga para eksportir tidak mengalami kesulitan dalam memenuhi sertifikasi dan ketentuan di negara tujuan ekspor. Syarat lainnya yang harus diperbaiki yaitu mengurangi hama penyakit lalat buah, mulut, kuku, serta pestisida. Untuk memudahkan proses ekspor, Indonesia juga harus bisa menurunkan biaya jasa transportasi dan logistik serta menghilangkan tarif eskalasi.
Produsen/eksportir juga dapat menjalin komunikasi dengan KBRI, Atase Perdagangan, Diaspora RI untuk membangun jejaring global; memanfaatkan penggiat Youtube dan selebgram lokal untuk promosi produk; serta membangun Indonesia trading house di luar negeri.
”Kebijakan strategis yang dapat diaplikasikan untuk pengembangan pasar andaliman yaitu Indonesia perlu membuat peta jalan (roadmap) strategis untuk pengembangan produk andaliman di pasar ekspor,” ujar Asianto.
Webinar seri terakhir rencananya akan dilaksanakan pada Minggu (1/9). Webinar kelima ini akan menggali informasi komoditas andaliman dan turunannya dengan mengundang para peneliti, pebisnis, dan petani andaliman. Pada tahap terakhir akan dilaksanakan penjajakan kesepakatan dagang (business matching) andaliman dan produk turunannya.
“Webinar selanjutnya akan mempertemukan para petani, pelaku bisnis/eksportir andaliman, dinas perindag daerah dengan perwakilan perdagangan di luar negeri. Business matching digunakan sebagai ajang tes pasar domestik produk andaliman sebelum siap memasuki pasar ekspor,” pungkas Marolop.