August
18
2021
     19:21

Penyuluh Perikanan Bangkitkan Asa Nelayan Pulau Dewata

Penyuluh Perikanan Bangkitkan Asa Nelayan Pulau Dewata

DENPASAR (18/8) – Siang yang terik di Pulau Dewata, I Nyoman Puspa (58 tahun) mengusap keringat di dahinya. Tanpa sadar baju yang ia kenakan sudah dibasahi keringat. Kala itu ia tengah dikerubungi nelayan dengan beragam pertanyaan. Situasi seperti ini telah ia lalui selama 36 tahun, tak jarang ia mendapat panggilan dari nelayan yang tertimpa masalah. Dengan telaten, Nyoman membantu menyelesaikan berbagai hal, mulai dari urusan administrasi, kelembagaan, hingga akses pemasaran.

Di penghujung masa baktinya sebagai abdi negara, Nyoman sama sekali tidak menyurutkan semangatnya dalam melakukan pendampingan kepada masyarakat pesisir. “Sebaik-baiknya manusia adalah mereka yang bermanfaat bagi orang lain" sebuah prinsip yang selalu ia pegang selama ini. Baginya, melihat tangkapan nelayan yang melimpah dan harga ikan yang tinggi merupakan kepuasan tersendiri.

Sejak diangkat menjadi Penyuluh Perikanan PNS pada tahun 1989, ia telah hidup bersama pelaku utama. Hari-harinya disibukkan di pesisir bersama kelompok. Sepanjang kiprahnya menjadi penyuluh perikanan, ia telah berhasil mendampingi puluhan kelompok usaha dan ratusan pelaku utama di Bali. Jatuh bangun, tentu tak pernah luput dari perjalanannya.

Salah satu kelompok yang telah berhasil ia bina yaitu Kelompok Usaha Bersama (KUB) Segara Guna Batu Lumbang yang berdiri sejak tahun 2005. Berawal dari 12 orang nelayan yang penuh keterbatasan, kini KUB yang berlokasi di Desa Pamogan, Denpasar Selatan ini telah memiliki 47 anggota nelayan, bahkan telah membentuk koperasi dan Kelompok Masyarakat Pengawas (POKMASWAS) Mina Werdhi Batu Lumbang. Berbagai prestasi pun dari tingkat daerah hingga nasional telah ditoreh kelompok.

Awal Mula KUB

Sore itu Nyoman tengah menyandarkan sepeda motornya di pinggir pantai, selepas seharian bekerja, ia berencana menghirup udara segar sembari melihat hijaunya hamparan mangrove. Pandangannya tetiba tertuju kepada sekelompok nelayan yang selesai melaut dengan tangan kosong. Tanpa berpikir panjang, ia bergegas menghampiri nelayan untuk sekadar menyapa. “Akhir-akhir ini hasil tangkapan kosong, tak tahu kapan ikan akan banyak lagi,” keluh I Wayan Kona Antara, salah satu nelayan tersebut.

Dengan ramah, Nyoman memberikan saran kepada nelayan tentang cara penangkapan ikan yang baik dan mengajak mereka membentuk kelompok agar memiliki kelembagaan nelayan. “Kalau Bapak-bapak mau membentuk KUB, akan ada peluang untuk mendapat program pemerintah, kita juga bisa mulai menjalin kerja sama Corporate Social Responsibility (CSR) dengan perusahaan besar,” bujuk Nyoman. Tanpa pikir panjang, para nelayan menyetujui pembentukan KUB.

Setelah terbentuk KUB, Nyoman semakin getol melakukan penyuluhan, dimulai dari administrasi kelompok, pengenalan alat tangkap yang ramah lingkungan, sosialisasi akses permodalan, hingga membantu akses pemasaran.

Namun masalah baru muncul, penebangan mangrove dan penembakan burung secara liar semakin marak terjadi. Hal ini berdampak pada berkurangnya tangkapan ikan, kepiting, dan udang karena mangrove dikenal sebagai tempat asuhan (nursery ground) berbagai jenis hewan akuatik. Sebetulnya hal ini sudah terjadi sejak tahun 2003 di Denpasar Selatan.

“Untuk menuntaskan masalah ini, diperlukan usaha bersama antara pemerintah, aparat, dan masyarakat,” pikir Nyoman. Untuk itu, ia berinisiatif membentuk POKMASWAS yang digawangi anggota KUB dan masyarakat pesisir lainnya. Hingga akhirnya pada tahun 2006 berdiri POKMASWAS Mina Werdhi Batu Lumbang.

Halaman   1 2 Show All

Release Terkini

No Release Found

Terpopuler


2024 © Kontan.co.id A subsidiary of KG Media. All Rights Reserved