August
06
2019
     21:09

China lemahkan yuan, ini efeknya terhadap pasar keuangan Indonesia

China lemahkan yuan, ini efeknya terhadap pasar keuangan Indonesia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China masih berlanjut. Senin (5/8) kemarin, China memangkas nilai mata uang yuan ke level terendah sejak 2008 yaitu menembus 7 yuan per dollar AS. Tindakan tersebut, merupakan upaya pembalasan China atas kenaikan tarif AS terhadap barang-barang impor China.

Melemahnya yuan tentu akan berefek pada pasar keuangan dunia, termasuk Indonesia. Kepala Riset Koneksi Kapital Alfred Nainggolan mengatakan, ada dua efek yang berdampak pada pasar keuangan Indonesia.

Pertama, dari sisi perusahaan. Ketika China mendevaluasi yuan, sudah pasti barang-barang mereka terlihat lebih murah daripada produk negara lain. Hal itu akan mendorong pertumbuhan ekspor China.

Saat ekspor China meningkat karena faktor harga yang lebih murah, maka produk dari emiten Indonesia yang berorientasi ekspor akan mendapat tekanan dari produk China.

Sehingga, emiten yang mempunyai irisan penjualan ekspor dengan produk China kemungkinan akan semakin sulit untuk bersaing.

Kedua, efek secara makro. Keputusan China tersebut juga akan menekan ekspor Indonesia. Jika produk ekspor Indonesia kalah bersaing dengan China, kemungkinan Indonesia akan mengalami penurunan ekspor.

Selain itu, dengan adanya devaluasi yuan ini sebetulnya ada potensi capital inflow. Sebab, nilai mata uang yuan yang turun dapat membuat investor akan keluar dari China dan malahan berpotensi masuk ke Indonesia.

"Cuma, sejauh ini yang ada lebih banyak ekspor kita yang tertekan daripada peningkatan capital inflow. Ini menekan makro kita yang berimbas tekanan pada pasar saham juga," jelas Alfred.

Alfred juga memaparkan pasar perlu berhati-hati dan menunggu reaksi pemerintah. Adanya devaluasi China akan berimbas terhadap pasar domestik.

Di satu sisi, konsumen Indonesia lebih tertarik pada produk dengan harga yang relatif murah. Oleh karenanya, Alfred menyarankan untuk menunggu pemerintah.

Ia yakin pemerintah akan aktif mencegah adanya kenaikan permintaan karena faktor harga yang murah.

Sementara itu, pasca China melemahkan nilai mata uang yuan, mata uang rupiah justru juga mengalami pelemahan. Kemungkinan besar efek untuk barang terlihat murah bagi Indonesia, tidak akan sama reaksinya seperti di AS.

Sebab, melihat dari sisi makro, setiap mata uang negara yang melemah ada potensi positif, yaitu produk mereka terlihat murah di pasar ekspor, sehingga kemungkinan ada peluang ekonomi.

Akan tetapi untuk Indonesia, pasar melihat sulit untuk ada peluang tersebut. Justru, Indonesia malah mengalami tekanan yang cukup besar.

Hal ini dikarenakan, China juga menjadi pasar terbesar ekspor bagi Indonesia. Sementara, Indonesia masih desifit impor, dan neraca perdagangan Indonesia juga lebih banyak mengimpor dari China.

Alhasil, dengan adanya devaluasi China menyebabkan pertumbuhan permintaan impor di pasar domestik.

"Makanya, pasar melihat lebih banyak kemungkinan sentimen negatif, ketimbang positif," tutup Alfred. (Yasmine Maghfira)


Release Terkini

No Release Found

Terpopuler


2024 © Kontan.co.id A subsidiary of KG Media. All Rights Reserved