August
06
2019
     21:00

Bukan hal baru, Analis: Devaluasi yuan sedikit mengejutkan pasar

Bukan hal baru, Analis: Devaluasi yuan sedikit mengejutkan pasar

 KONTAN.CO.ID - JAKARTA. China menurunkan nilai mata uang yuan menembus level kunci di angka 7 per dolar AS pada Senin (5/8) kemarin. Ini adalah level terendah untuk pertama kalinya dalam tempo lebih dari satu dekade.


Penurunan nilai yuan sedalam 1,4% ini terjadi beberapa hari setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengejutkan pasar keuangan dengan memberlakukan tarif sebesar 10% pada produk impor dari China senilai US$ 300 miliar per 1 September 2019.

Kepala Riset Koneksi Kapital Alfred Nainggolan mengatakan tindakan China terbilang cukup rasional karena dalam beberapa tahun terakhir pertumbuhan ekonomi mereka relatif turun. Di satu sisi, China tidak ingin pendapatan ekspor mereka turun karena faktor perang dagang. Sebab, ekspor menjadi sumber pertumbuhan ekonomi China.

"Mungkin pasar tidak memperkirakan ini, jadi bisa dikatakan agak sedikit mengejutkan. Perang dagang belum selesai, ternyata kita malah masuk kepada perang mata uang (currency war)," ujar Alfred kepada Kontan.co.id, Selasa (6/8).

Menurut Alfred, faktor utama China mendevaluasi mata uang yuan agar produk mereka terlihat lebih murah dan mendorong ekspor China. Penetapan tarif tambahan oleh AS terhadap impor produk China, tentu akan membuat harga produk China terlihat mahal bagi konsumen di AS. Oleh karenanya, China mengambil langkah memangkas nilai mata uang mereka.

Selain itu, meski sedikit mengejutkan pasar keuangan, keputusan China bukan hal baru. Negara itu sudah pernah beberapa kali melakukan devaluasi, seperti pada tahun 2015, 2016, dan 2018 lalu.

Lantas bagaimana dengan IHSG?

Berdasarkan data RTI, perdagangan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Selasa (6/8) ditutup lemah di level 6.175,70, turun 2,59% atau setara 164,48 poin.

Analis Artha Sekuritas menilai IHSG masih melemah di penutupan perdagangan Senin (5/8) kemarin karena dipengaruhi tekanan global yang menyebabkan investor asing melakukan aksi jual dari pasar saham.

Sementara menurut Alfred, kemarin pasar masih membicarakan perang dagang. Mungkin pasar juga memproyeksikan ketika Trump memberlakukan tarif tambahan itu, balasan China adalah ketentuan kenaikan tarif juga. Akan tetapi, reaksi China berbeda dari sedikit banyak ekspektasi pasar.

Tentu tindakan China akan berimbas kepada emiten yang berorientasi mengekspor dan beririsan langsung dengan China. Salah satunya seperti emiten baja.

Alfred juga menjelaskan pasar perlu tetap waspada karena besar kemungkinan ini akan menjadi isu yang berkembang dan jangka panjang.

"Ini bukan sentimen short-term. Ini relatif lebih banyak lagi dinamikanya. Kita tidak hanya bicara perang dagang, tetapi juga masalah perang mata uang," ujar Alfred.

Ketika China melemahkan nilai mata uang, besar kemungkinan ada wacana negara-negara lain juga menerapkan kebijakan yang sama. Tujuannya sama, yaitu proteksionisme terhadap ekonomi domestik negara masing-masing, khususnya ekspor. Oleh karena itu, pasar saham dinilai perlu berhati-hati. (Yasmine Maghfira)

 


Release Terkini

No Release Found

Terpopuler


2024 © Kontan.co.id A subsidiary of KG Media. All Rights Reserved