“Dengan potensi yang dimiliki Indonesia, kita dapat mengurang impor garam dengan menetapkan kepentingan NKRI sebagai tujuan utama.  Berkomitmen dan menunjukkan langkah konkret untuk bersama membangun negeri,” terangnya.

Lebih lanjut Gobel menyampaikan, terdapat beberapa strategi untuk mewujudkan swasembada garam, diantaranya dengan memperkenalkan teknologi dan inovasi kepada para petani, memperkuat kelembagaan, ekstensifikasi di luar wilayah produksi garam yang sudah ada, mempermudah izin kepada pengusaha lokal dan koperasi agar produk garam desa dapat menjadi produk lokal, kemudian menjadi produk nasional, hingga menjadi global.

“Mari kita bersama menargetkan pembangunan industri garam dalam 5 sampai 10 tahun ke depan. Kita adakan pertemuan lebih lanjut di DPR, karena permasalahan garam tidak hanya bisa diselesaikan di satu Kementerian (KKP) saja, tapi juga melibatkan Bappenas, Kementerian Keuangan, Kementerian Perindustrian dan pihak lainnya. Mari kita bersinergi bersama wujudkan swasembada garam,” tutup Gobel.

Arif Haendra dari PT. Garam (Persero) yang juga hadir dalam kesempatan ini menyampaikan bahwa PT. Garam tidak memiliki kuota impor. Impor dilakukan oleh swasta tanpa keterlibatan PT. Garam sedikitpun. PT. Garam berkomitmen untuk memajukan produksi garam nasional berdaulat dan bermartabat.

Hadir sebagai narasumber dalam webinar tersebut Tjandra Irawan, Business Advisor Agriterra; Moga Simatupang, Direktur Impor, Ditjen Perdagangan Luar Negeri, Kemendag; Mohamad Zaki Mahasin, Direktorat Jasa Kelautan, KKP; dan Tikkyrino Kurniawan, Peneliti BBRSEKP. Kegiatan ini juga diikuti perwakilan dari perguruan tinggi, NGO, para peneliti dan pemerhati bidang sosial ekonomi kelautan dan perikanan.