October
31
2019
     18:33

United Tractors Membukukan Laba Bersih Triwulan Ketiga Tahun 2019 Sebesar Rp 8,6 Triliun

United Tractors Membukukan Laba Bersih Triwulan Ketiga Tahun 2019 Sebesar Rp 8,6 Triliun

Jakarta, 31 Oktober 2019. PT United Tractors Tbk (”Perseroan”) pada hari ini mengumumkan Laporan Keuangan Konsolidasian sampai dengan triwulan ketiga untuk tahun buku 2019. Dalam laporan keuangan tersebut Perseroan membukukan pendapatan bersih sebesar Rp65,6 triliun atau meningkat sebesar 7% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2018 sebesar Rp61,1 triliun. Namun demikian, adanya peningkatan biaya keuangan dan efek dari translasi mata uang asing membuat laba bersih yang dibukukan Perseroan menurun 5% menjadi Rp8,6 triliun dari sebelumnya sebesar Rp9,1 triliun.

Masing-masing segmen usaha, yaitu: Mesin Konstruksi, Kontraktor Penambangan, Pertambangan Batu Bara, Pertambangan Emas dan Industri Konstruksi secara berturut-turut memberikan kontribusi sebesar 28%, 46%, 13%, 9% dan 4% terhadap total pendapatan bersih konsolidasian.

Segmen Usaha Mesin Konstruksi

Segmen usaha Mesin Konstruksi mencatat penurunan penjualan alat berat Komatsu sebesar 30% menjadi 2.568 unit, dibandingkan dengan 3.681 unit pada periode yang sama tahun 2018. Penurunan tersebut disebabkan oleh melemahnya penjualan alat berat dari sektor pertambangan dan perkebunan. Berdasarkan riset pasar internal, Komatsu tetap mampu mempertahankan posisinya sebagai market leader alat berat, dengan pangsa pasar domestik sebesar 33%. Sementara, pendapatan Perseroan dari penjualan suku cadang dan jasa pemeliharaan alat berat sama dengan tahun 2018 yaitu sebesar Rp6,8 triliun.

Penjualan produk merek lainnya yaitu UD Trucks mengalami penurunan dari 624 unit menjadi 387 unit, dan penjualan produk Scania turun dari 683 unit menjadi 382 unit. Penurunan penjualan UD Trucks dan Scania dikarenakan pengaruh penurunan harga batu bara dimana kedua produk tersebut banyak digunakan di sektor pertambangan.

Secara total, pendapatan bersih dari segmen usaha Mesin Konstruksi turun 15% menjadi sebesar Rp18,2 triliun dibandingkan Rp21,3 triliun pada periode yang sama tahun 2018.  

Segmen Usaha Kontraktor Penambangan

Bidang usaha Kontraktor Penambangan dioperasikan oleh PT Pamapersada Nusantara (PAMA). Sampai dengan bulan September 2019, PAMA membukukan peningkatan pendapatan bersih sebesar 4% menjadi Rp30,0 triliun. PAMA mencatat peningkatan volume produksi batu bara sebesar 7% dari 90,5 juta ton menjadi 96,4 juta ton, sementara itu volume pekerjaan pemindahan tanah (overburden removal) meningkat 5% dari 717,6 juta bcm menjadi 749,9 juta bcm.

Segmen Usaha Pertambangan Batu Bara

Bidang usaha Pertambangan Batu Bara dijalankan oleh PT Tuah Turangga Agung (TTA). Total penjualan batu bara sampai triwulan ketiga tahun 2019 mencapai 6,4 juta ton termasuk 839 ribu ton batu bara kokas, meningkat 11% apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2018 sebesar 5,8 juta ton. Pendapatan unit usaha Pertambangan Batu Bara mencatat peningkatan sebesar 4% menjadi Rp8,5 triliun.

Segmen Usaha Pertambangan Emas

Pertambangan Emas dijalankan oleh PT Agincourt Resources yang mengoperasikan tambang emas Martabe di Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Sampai dengan bulan September 2019 total penjualan emas dari Martabe sebanyak 306.000 ons, sedangkan pendapatan bersih unit usaha Pertambangan Emas sampai dengan bulan September 2019 adalah sebesar Rp5,9 triliun.

Segmen Usaha Industri Konstruksi

Bidang usaha Industri Konstruksi dijalankan melalui PT Acset Indonusa Tbk (ACSET). Sampai dengan triwulan ketiga tahun 2019, ACSET membukukan pendapatan bersih sebesar Rp3,1 triliun dari sebelumnya sebesar Rp2,7 triliun pada periode yang sama tahun 2018. Namun demikian, hingga triwulan ketiga tahun 2019 ACSET mencatat rugi bersih sebesar Rp752 miliar dari sebelumnya mencatat laba bersih sebesar Rp91 miliar pada periode yang sama tahun 2018. Hal tersebut disebabkan karena adanya keterlambatan penyelesaian proyek Contractor Pre-Financing (CPF) dan proyek struktur yang menyebabkan peningkatan biaya pendanaan (funding cost), biaya overhead dan biaya percepatan penyelesaian proyek. Nilai kontrak baru yang diperoleh ACSET pada triwulan kedua tahun 2019 mencapai Rp1,7 triliun.

Segmen Usaha Energi

PT Bhumi Jati Power (BJP) yang 25% sahamnya dimiliki oleh anak perusahaan Perseroan saat ini sedang mengembangkan pembangkit listrik tenaga uap berkapasitas 2x1.000 MW di Jepara, Jawa Tengah. Hingga triwulan ketiga tahun 2019, progres pembangunan konstruksi proyek ini telah mencapai 82% dan dijadwalkan akan memulai operasi secara komersial pada tahun 2021. BJP merupakan perusahaan patungan bersama antara anak usaha Perseroan, Sumitomo Corporation dan Kansai Electric Power Co Inc.

 

Halaman   1 2 Show All

Release Terkini

No Release Found

Terpopuler


2024 © Kontan.co.id A subsidiary of KG Media. All Rights Reserved