Singapore International Festival of Arts 2019 Ajak Pengunjung Menelusuri Seni Bersama Seniman Ternama Internasional
SINGAPURA, 14 Mei 2019 - Kembali digelar untuk yang ke-42 kali, tahun ini Singapore International Festival of Arts (SIFA 2019) menampilkan serangkaian seniman terkemuka dari seluruh dunia termasuk Indonesia dan yang terbaik dari Singapura. Diselenggarakan oleh National Arts Council dan Arts House Limited, ajang festival seni terbesar Singapura ini akan diselenggarakan mulai 16 Mei hingga 2 Juni. Ini merupakan gelaran SIFA kedua yang dipimpin oleh Direktur Festival Gaurav Kripalani (2018 hingga 2020).
PERAYAAN SENIMAN TERNAMA INTERNASIONAL
SIFA 2019 akan menghadirkan tokoh-tokoh dunia seni pertunjukan ke Singapura, di antaranya Ryuichi Sakamoto, Simon McBurney, Sasha Waltz, Bill Frisell, dan Tadashi Suzuki, sutradara visioner yang akan membawa adaptasi lintas-budaya yang hebat dari drama Yunani Dionysus dengan campuran cita rasa Jepang dan Indonesia.
Dionysus adalah salah satu pertunjukan yang paling ditunggu-tunggu di SIFA 2019. Victoria Theatre akan menjadi tuan rumah ketiga untuk tafsiran terkini Tadashi Suzuki atas Dionysus, setelah pertunjukan perdana dunia di Jepang dan Candi Prambanan pada 2018. Pendiri grup teater Suzuki Toga Company ini akan berkolaborasi dengan Bumi Purnati, rumah produksi seni di Jakarta, untuk menghidupkan kembali tragedi Yunani kuno, The Bacchae, dengan menampilkan para pemeran dari Indonesia, Jepang dan Cina yang mengesankan.
Kelompok musik Sakamoto dan Frisell akan mengadakan debut di Singapura, bersama dengan koreografer terkenal Waltz. Sakamoto juga akan berkolaborasi dengan seniman Jepang Shiro Takatani, pendiri perkumpulan seniman Dumb Type.
SIFA juga akan mempersembahkan empat seniman terbaik Singapura, termasuk Huzir Sulaiman, Claire Wong, Ho Tzu Nyen dan Goh Boon Teck. SIFA 2019 akan menjadi SIFA kedua bagi Goh Boon Teck, yang menyutradarai A Dream Under the Southern Bough kedua, dari tiga bagian komisi SIFA.
MENGINSPIRASI PENGUNJUNG
Setelah mengumumkan empat pertunjukan pada Desember 2018 (Dionysus, The Mysterious Lai Teck, Displaced Persons’ Welcome Dinner dan A Dream Under the Southern Bough: Reverie), SIFA kini meluncurkan seluruh program untuk 2019 yang melampaui disiplin musik tradisional, teater dan tari dengan menggabungkan teknologi dan karya multi-disiplin. Dengan berbagai pertunjukan yang diselenggarakan untuk SIFA 2019, audiens diajak bereksplorasi melampaui zona nyaman interpretasi mereka atas seni.
Sarah Martin, CEO Arts House Limited mengatakan, “Rangkaian acara SIFA mencakup kreativitas dan inovasi Singapura, memosisikan festival ini tidak hanya sebagai acara seni puncak di panggung lokal, tetapi sebagai festival seni terkemuka di tingkat global.”
Low Eng Teong, Asisten CEO (Sector Development), National Arts Council, mengatakan, “SIFA adalah platform penting yang berupaya menampilkan yang terbaik dari seni pertunjukan Singapura. Dalam SG Arts Plan yang diluncurkan Oktober lalu, festival ini diakui sebagai titik fokus untuk seni pertunjukan dalam kalender budaya Singapura yang dinamis, tempat seniman lokal kami menyajikan konten khusus yang akan beresonansi dengan audiens. Kami yakin bahwa pengunjung festival dan seniman bisa menerima SIFA 2019, menciptakan hubungan bermakna di antara komunitas seni pertunjukan dan industri, dan menginspirasi generasi baru pecinta dan pendukung seni.”
KESEMPATAN BAGI PARA SENIMAN
Salah satu tujuan penyelenggaraan SIFA adalah untuk mendorong dialog dan kolaborasi antar seniman. Memberikan seniman waktu dan sumber daya lokal untuk mengeksplorasi dan mendorong batas artistik merupakan salah satu tujuan utama SIFA. Para seniman pun ditawarkan runway selama dua atau tiga tahun untuk membuat karya mereka. Para seniman SIFA 2020 telah mulai mengerjakan karya mereka, dan akan berpartisipasi dalam proses diskusi selama SIFA 2019 di Festival House. Para pengunjung festival nantinya akan dapat melihat sekilas ke dalam proses kreatif dan penelitian di balik The Necessary Stage’s The Year of No Return, The Finger Player’s OIWA dan Nine Years Theatre’s Three Sisters.
MENDORONG DIALOG DAN MEMICU KOLABORASI
SIFA 2019 bertujuan untuk menciptakan ruang bagi seniman lokal agar terpapar dengan karya dan proses seniman dunia yang sudah mapan di bidangnya, membina dialog dan memicu kolaborasi antara seniman. Untuk memfasilitasi ini, Arts House sekali lagi akan berubah menjadi Festival House yang berperan sebagai pusat festival, dengan diskusi, lokakarya, dan ruang untuk pertemuan artistik dan pertukaran dalam komunitas seni. Di dalam Festival House juga akan tersedia, House Pour, sebuah bar pop-up, juga akan berperan sebagai titik temu bagi para seniman dan penonton untuk berinteraksi satu sama lain dan mendiskusikan karya-karya para seniman.