Promosi Kopi Indonesia lewat 'Ngopi Sore' di Washington DC

Washington DC, 20 April 2018 – Atase Perdagangan (Atdag) Washington DC menyelenggarakan acara bertajuk ‘Ngopi Sore’ pada Jumat (13/4) lalu di Washington DC, Amerika Serikat (AS). Lewat ‘Ngopi Sore’, masyarakat AS diajak mengenal kopi sebagai bagian dari gaya hidup dan budaya masyarakat Indonesia. KBRI Washington DC mengundang para pemilik kedai kopi, barista, tempat pengolahan kopi, importir, dan peminat kopi untuk bersantai dan saling bertukar cerita tentang kopi.
“Kami ingin menyampaikan ‘cerita’ di balik biji kopi premium asal Indonesia. Konsumen di AS sangat tertarik pada cerita di balik apa yang mereka konsumsi,” tutur Atdag Washington DC Reza Pahlevi.
Pada acara kali ini, Reza menjelaskan kepada para tamu undangan bagaimana kopi sudah menjadi bagian hidup orang Indonesia. Di daerah sentra produksi seperti Aceh dan Flores, masyarakat merayakan masa panen dan tanam kopi dengan upacara adat. Sementara itu di kota besar, minum kopi sudah menjadi gaya hidup bagi generasi milenial.
‘Ngopi Sore’ diawali dengan pemutaran teaser film dokumenter tentang kopi bertajuk ‘Legacy of Java’ bersama sang sutradara, Budi Kurniawan. Film tersebut merupakan kelanjutan dari film dokumenter ‘Aroma of Heaven’ yang pernah ditayangkan pada Specialty Coffee Association of America (SCAA) Expo di Atlanta, Georgia, tahun 2016 lalu. Pada perhelatan tersebut, Indonesia tampil sebagai Portrait Country tahun 2016.
“Film kedua ini merupakan rangkaian dari heptalogi ‘Aroma of Heaven’. Fokus film menceritakan tentang coffee scenery di kota besar di Jawa dari kacamata pelaku usaha kopi, serta tumbuhnya kepedulian para petani di desa terhadap aspek keberlanjutan dari tanaman kopi. Dengan demikian, para pebisnis kopi di AS bisa mendapatkan gambaran tentang situasi perkopian nasional dan tergerak untuk membantu petani,” ujar Budi.
Selain Budi, pemilik Vigilante Coffee Shop di Maryland, Chris Vigilante turut menceritakan pengalamannya ketika mengeksplorasi daerah asal kopi Indonesia pada 2016 silam. Setelah menyaksikan ‘Aroma of Heaven’ di SCAA Expo Atlanta pada tahun 2016 lalu, Chris memutuskan pergi ke sentra kopi di Jawa, Flores, Bali, dan Sumatra untuk melihat secara langsung budaya dan budidaya kopi Indonesia. Cerita Chris menarik minat banyak pecinta kopi di Washington DC untuk mengikuti jejaknya mengeksplorasi Indonesia dan mendapatkan biji kopi terbaik secara langsung.
Selain dihadiri pelaku usaha kopi dan penikmat kopi, acara ini juga menarik minat lembaga pemerintahan AS antara lain Government of District of Columbia, staf Kongres AS serta Deputy Director USAID, juga beberapa mahasiswa dari University of Maryland yang hadir untuk mempelajari produksi kopi secara berkelanjutan.
Setelah dimanjakan lewat suguhan visual, Atdag Reza mengajak para tamu undangan untuk mencicipi beberapa kopi micro lot kualitas tinggi dari Indonesia lewat ‘fun cupping’. Jenis kopi yang ditampilkan antara lain jawa puntang, jawa bowongso, aceh gayo, sumatra tiga raja, sulawesi rantemario, dan flores manggarai. Sesi ini sengaja dikonsep sebagai fun cupping untuk membuat para undangan tetap dalam suasana santai, tanpa prosedural resmi dari prosesi cupping standar, sehingga dapat dilakukan sambil saling bertukar cerita dan pengalaman menikmati kopi.
Dalam kegiatan ini, Kantor Atdag KBRI Washington DC mendapat dukungan penuh dari Perhimpunan Mahasiswa Indonesia di AS (Permias) dan diaspora Indonesia, serta tempat pengolahan kopi Indonesia di Washington DC yaitu Nagadi Coffee dan Southeastern Roastery. Pelaksanaan cupping dipandu oleh dua pemuda pemilik Dua Coffee Shop di Cipete, Jakarta, yaitu Rinaldi Nurpratama dan Omar Joenoes, yang sedang melakukan riset coffee scenery di AS.
Duta Besar RI untuk Washington DC Budi Bowoleksono yang turut hadir dalam acara ini berpesan agar ekspor kopi Indonesia terus didorong, karena kopi merupakan salah satu komoditas ekspor andalan Indonesia ke AS.
Kopi telah lama menjadi gaya hidup masyarakat AS. Hal ini dibuktikan dengan semakin berkembangnya industri kopi serta tumbuhnya kedai-kedai kopi dan tempat-tempat pengolahan kopi di AS. Data ekspor kopi Indonesia ke AS tahun 2017 tercatat senilai USD 313 juta, atau menunjukkan peningkatan sebesar 3% dibandingkan tahun sebelumnya. Saat ini, Indonesia berada di peringkat ke-5 sebagai negara sumber impor kopi AS dengan pangsa pasar sebesar 5%, setelah Brasil (21%), Kolombia (17%), Vietnam (8,4%), dan Kanada (8,7%).
Kami terus berupaya mengangkat citra kopi Indonesia di AS dan mengemasnya melalui cerita. Bahkan, dalam setiap pertemuan kami dengan mitra kerja di Washington DC, kami selalu memberikan cendera mata kecil berupa kopi Indonesia sebagai bentuk diplomasi kopi kami,” tutur Atdag Reza.
Acara ‘Ngopi Sore’ ini merupakan bagian dari rangkaian promosi kopi premium Indonesia di AS, dilanjutkan dengan pameran pada ajang internasional Global Specialty Coffee Expo (GSCE) yang akan diselenggarakan di Seattle pada 20–22 April 2018. Keikutsertaan Indonesia dalam GSCE mendatang merupakan hasil kerja sama antara KBRI Washington DC, KJRI San Francico, ITPC Chicago, dan ITPC Los Angeles. Pameran tersebut akan dihadiri oleh Gubernur Aceh dan diikuti oleh tiga koperasi dari Provinsi Aceh, sejumlah perusahaan anggota Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI), serta Specialty Coffee Association of Indonesia (SCAI).
Selain itu, sebagai kegiatan pendukung pameran kopi GSCE 2018, akan diselenggarakan Forum Bisnis Indonesia–AS pada 20 April 2018, yang bekerja sama dengan Seattle Metropolitan Chamber of Commerce untuk mengembangkan peluang kerja sama dan investasi antara Provinsi Aceh dan Negara Bagian Washington di sektor pertanian, energi, pariwisata, dan infrastruktur.