January
27
2020
     13:03

Pesimisme CEO Terhadap Pertumbuhan Global Mencapai RekorTertinggi

Pesimisme CEO Terhadap Pertumbuhan Global Mencapai RekorTertinggi
Publisher

Negara-negara lain y ang termasuk dalam peringkat lima besar dalam hal pertumbuhan ekonomi tidak berubah dari tahun lalu: Jerman (13%), India (9%) dan Inggris (9%). Ini adalah hasil yang kuat bagi Inggris, mengingat ketidakpastian y ang ditimbulkan oleh Brexit. Australia berada tepat di bawah peringkat lima besar, didorongoleh peningkatan daya tariknya bagi para CEO Tiongkok.

Ada peningkatan kekhawatiran tentang pertumbuhan ekonomi yang tidak menentu

Pada tahun 2019 ketika ditanya tentang ancaman teratas terhadap prospek pertumbuhan organisasi mereka, ketidakpastian pertumbuhan ekonomi berada di luar sepuluh kekhawatiran teratas bagi para CEO, y aitudi nomor 12. Tahun ini, risiko itu telah melonjak ke posisi ketiga, tepat di belakang konflik perdagangan - risiko lain y ang telah naik dalam daftar agenda para CEO - dan regulasi berlebihan sebagai risiko abadi, yang sekali lagi telah memuncaki daftar sebagai ancaman nomor satu bagi para CEO.

Para CEO juga semakin khawatir tentang ancaman siber dan perubahan iklim serta kerusakan lingkungan, namun meskipun ada peningkatan jumlah peristiwa cuaca ekstrem dan sengitnya perdebatan tentang masalah ini, besarnya ancaman lainnya terus membayangi perubahan iklim yang masih belum menembus sepuluh ancaman pertumbuhan terbesar bagi para CEO.

Mengawasi ruang maya (cyberspace)

Meskipun para CEO di seluruh dunia mengungkapkan keprihatinan y ang jelas tentang ancaman regulasi berlebihan, mereka juga memprediksi adanya perubahan regulasi y ang signifikan di sektor 3 teknologi. Secara global, lebih dari dua pertiga CEO percaya bahwa pemerintah akan memberlakukan undang-undang baru untuk mengatur konten di internet dan media sosial dan untuk mengurai perusahaan-perusahaan teknologi y ang dominan. May oritas CEO (51%) juga memperkirakan bahwa pemerintah akan semakin memaksa sektor swasta untuk memberikan kompensasi finansial kepada peroranganuntuk data pribadi yang mereka kumpulkan.

Namun, pendapat para CEO terbagi tentang apakah pemerintah telah mencapai keseimbangan yang tepat dalam merancang regulasi privasi antara meningkatkan kepercayaan konsumen dan mempertahankan daya saing bisnis, di mana 41% CEO mengatakan pemerintah telah mencapai keseimbangan yang tepat dan 43% mengatakan tidak.

“Sudah terlihat jelas bahwa banyak masyarakat tidak lagi mentolerir pengaturan diri (selfregulation). CEO akan semakin perlu untuk berkolaborasi dengan beragam pemerintahan untuk membentuk solusi yang tepat untuk menerapkan teknologi dan meningkatkan data dengan cara yang aman - y ang dapat melindungi konsumen dan menghargai nilai-nilai milik konsumen bersamaan dengan pengembangan inovasi,” tambah Irhoan Tanudiredja, Territory Senior Partner PwC Indonesia.

Tantangan peningkatan keterampilan

Walaupunkekurangan keterampilan utama masih menjadi ancaman pertumbuhan utama bagi CEO dan mereka setuju bahwa pelatihan ulang/peningkatan keterampilan adalah cara terbaik untuk mengatasi kesenjangan keterampilan, mereka tidak membuat banyak kemajuan dalam menangani masalah itu, di mana hanya 18% CEO mengatakan bahwa mereka telah membuat “kemajuan signifikan”dalam membangun program peningkatan keterampilan. Sentimen ini diamini oleh para pekerja. Dalam survei terpisah oleh PwC, 77% dari 22.000 pekerja di seluruh dunia mengatakan bahwa mereka ingin mempelajari keterampilan baru atau mengikuti pelatihan ulang tetapi hanya 33% di antaranya merasa telah diberi kesempatan untuk mengembangkan keterampilan digital di luar tugas rutin mereka.

“Peningkatan keterampilan akan menjadi salah satu masalah utama y ang dibahas minggu ini di Davos dan para pemimpin bisnis, pendidik, pemerintah dan masyarakat sipil harus bekerja bersama untuk memastikan bahwa orang-orang di seluruh dunia tetap terlibat secara produktif dalam pekerjaan y ang bermakna dan bermanfaat. Pemimpin memiliki peran kunci untuk dimainkan; meskipun orang mungkin memiliki ketakutan tentang masa depan, mereka ingin belajar dan berkembang dan mereka memandang kepada para pemimpin untuk menunjukkan arah maju yang dapat dipercaya,” tambah Bob Moritz.

Perubahan iklim – tantangan atau kesempatan?

Meskipun perubahan iklim tidak muncul dalam sepuluh ancaman teratas terhadap prospek pertumbuhan menurut para CEO, mereka mengungkapkan apresiasi yang semakin besar terhadap sisi positif pengambilan tindakan untuk mengurangi jejak karbon mereka. Dibandingkan dengan satu dekade yang lalu, ketika kami terakhir mengajukan pertanyaan ini, para CEO kini dua kali lebih mungkin untuk menjawab “sangat setuju” bahwa berinvestasi dalam inisiatif perubahan iklim akan meningkatkan keunggulan reputasi (30% pada 2020 dibandingkan dengan 16% pada 2010) dan 25% dari para CEO hari ini dibandingkan dengan 13% pada tahun 2010 melihat bahwa inisiatif perubahan iklim mengarah pada peluang produk dan layanan baru untuk organisasi mereka.

Walaupun pandangan tentang produk dan layanan yang didorong oleh perubahan iklim masih relatif stabil di AS dan Inggris, ada perubahan drastis y ang telah terjadi pada pandangan di Tiongkok selama sepuluh tahun terakhir. Pada tahun 2010, hanya 2% CEO Tiongkok y ang melihat bahwa perubahan iklim mengarah pada peluang, sedangkan pada tahun 2020, angkaini naik menjadi 47%, y ang sejauh ini merupakan peningkatan terbesar dalam jumlah CEO di negara mana pun yang termasuk dalam survei. Namun, agar peluang ini berubah menjadi kisah sukses jangka panjang, prinsip-prinsip perubahan iklim perlu ditanamkan di seluruh rantai pasokan bisnis dan pengalaman pelanggan.

PwC melakukan 1.581 wawancara dengan para CEO di 83 negara antara bulan September dan Oktober 2019. Sampel kami dihitung berdasarkan PDB nasional untuk memastikan bahwa pandangan CEO terwakili secara adil di semua wilayah utama. Sebanyak 7% wawancara dilakukan melalui telepon, 88% secara online, dan 5% melalui pos atau tatap muka. Semua wawancara kuantitatif dilakukan secara rahasia. Sebanyak 46% perusahaan memiliki pendapatan $1 miliar atau lebih; 35% perusahaan memiliki pendapatan antara $100 juta dan $1 miliar; 15% perusahaan memiliki pendapatan hingga $100 juta; 55% perusahaan dimiliki secara pribadi.

Tentang PwC Indonesia

PwC Indonesia terdiri dari KAP Tanudiredja, Wibisana, Rintis & Rekan, PT PricewaterhouseCoopers Indonesia Advisory, PT Prima Wahana Caraka, PT PricewaterhouseCoopers Consulting Indonesia, dan Melli Darsa & Co., Advocates & Legal Consultants, masing-masing sebagai entitas hukum dan firma anggota yang terpisah dari jaringan global PwC.

Tentang PwC

Di PwC, kami bertujuan membangun kepercayaan dalam masyarakat dan memecahkan masalahmasalah penting. Kami adalah jaringan firma yang terdapat di 157 negara dengan lebih dari 276.000 orang yang berkomitmen untuk memberikan jasa assurance, advisory dan pajak yang berkualitas. Temukan lebih banyak informasi dan sampaikan hal-hal y ang berarti bagi Anda dengan mengunjungi situs kami di www.pwc.com.

PwC merujuk pada jaringan PwC dan/atau satu atau lebih firma anggotanya, masing-masing sebagai entitas hukum yang terpisah. Kunjungi www.pwc.com/structure untuk informasi lebih lanjut. © 2020 PwC. Hak cipta dilindungi undang-undang.

 

Halaman   1 2 Show All

Release Terkini

No Release Found

Terpopuler


2024 © Kontan.co.id A subsidiary of KG Media. All Rights Reserved