August
31
2021
     16:55

Penerapan Business Case 3M dalam Investasi Pengembangan Generasi Muda & Bidang STEM

Penerapan Business Case 3M dalam Investasi Pengembangan Generasi Muda & Bidang STEM

Jakarta, 31 Agustus 2021 -- Pandemi COVID-19 semakin menyadarkan kita akan pentingnya STEM, Sains (science), Teknologi (technology), Teknik (engineering), Seni (art) dan Matematika (mathematic) lebih dari sebelumnya. Mulai dari cepatnya pengembangan vaksin COVID-19 hingga teknologi terbaru, STEM telah membantu kita mengatasi berbagai tantangan yang muncul sebagai akibat dari pandemi global.

Berdasarkan hasil survei persepsi sains global yang dilakukan 3M atau State of Science Index (SOSI) 2021, sebanyak 91% responden yang tinggal di wilayah Asia-Pasifik (APAC) setuju bahwa dunia membutuhkan lebih banyak orang yang berkarir di bidang STEM, angka ini berbanding tipis dengan presentase dunia yakni 90%.

Untuk menjawab hal ini, LSM di seluruh dunia telah mendistribusikan materi edukasi gratis serta melakukan pengajaran daring (online) untuk para pelajar yang terkena dampak pandemi. Salah satunya United Nations Environment Program (UNEP) dan TED-Ed yang meluncurkan program edukasi selama 30 hari dengan berfokus pada lingkungan. Program Pendidikan ini disebut sebagai “Earth School” dimana para pelajar, orang tua, serta guru diberikan sumber daya berupa materi dalam bentuk video, bahan bacaan, hingga berbagai kegiatan edukasi lainnya.[1]

Selain untuk meningkatkan kualitas hidup, business case juga memberdayakan generasi berikutnya untuk menjadi generasi pemikir, pemimpin, dan kreatif. Banyak manfaat yang bisa didapatkan oleh bisnis, mulai dari investasi rasio R&D yang lebih baik, hingga produk-produk yang disruptif.

Memberdayakan Talenta di Bidang STEM

Pertama, pemberdayaan generasi muda sangat dibutuhkan untuk membangun talenta yang terampil dan akan meningkatkan produktivitas, kreativitas, serta daya saing.

Meski begitu, beberapa waktu belakangan banyak negara mengalami kekurangan talenta di bidang STEM. Hal ini dapat menimbulkan tantangan bagi bisnis terutama bisnis di bidang STEM.

Kementerian Riset dan Teknologi Indonesia baru-baru ini melaporkan kurangnya peneliti dan insinyur di dalam negeri. Dengan 2.500 insinyur dan 7.400 peneliti per satu juta orang, Indonesia menjadi salah satu negara dengan rasio peneliti per satu juta penduduk terendah di kawasan ASEAN.[2]

Untungnya, tren ini berubah. Dalam sebuah studi 3M sebelumnya[3], ditemukan bahwa 2/3 masyarakat di Kawasan Asia-Pasifik (APAC) atau sekitar 66% responden terinspirasi untuk meniti karir di bidang STEM. Angka ini lebih tinggi ketimbang rata-rata global dengan yaitu sebesar 60%. Selain itu, 63% masyarakat di Asia-Pasifik juga percaya bahwa selama pandemi, ilmuwan dan tenaga kesehatan menginspirasi generasi baru untuk mengejar karir di sektor STEM di masa depan. Angka ini berbanding tipis dengan rata-rata responden global yakni 62%.

Oleh karena itu, pelaku bisnis perlu memanfaatkan popularitas STEM ini dan mulai mengambil langkah untuk mendorong lebih banyak generasi muda mengejar pendidikan serta berkarier di bidang ini.

Halaman   1 2 Show All

Release Terkini

No Release Found

Terpopuler


2024 © Kontan.co.id A subsidiary of KG Media. All Rights Reserved