July
24
2020
     21:18

Menjaga Kesehatan pada Anak dengan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), di Masa New Normal

Menjaga Kesehatan pada Anak dengan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), di Masa New Normal

Jakarta 24 Juli 2020 – PT Johnson & Johnson Indonesia (selanjutnya disebut Johnson & Johnson Indonesia) secara konsisten melakukan berbagai inisiatif untuk mengedukasi masyarakat Indonesia mengenai perawatan dan pengobatan pasien dengan gangguan jiwa di tengah pandemi virus corona (COVID-19). Sejak April 2020, perusahaan telah menggelar serangkaian edukasi tentang kesehatan jiwa baik kepada masyarakat maupun tenaga kesehatan. Dan pada kesempatan kali ini, Johnson & Johnson Indonesia kembali menghadirkan web-seminar (webinar) awam yang bertemakan Menjaga Kesehatan Pada Anak dengan ADHD, di Masa New Normal.

ADHD atau attention deficit hyperactivity disorder merupakan gangguan perkembangan otak yang dapat mengakibatkan seorang anak sulit untuk memusatkan perhatiannya, serta memiliki perilaku impulsif dan hiperaktif. Pada umumnya, ADHD menyerang pada masa kanak – kanak, namun gejala yang ditimbulkan dapat terjadi secara terus menerus hingga masa remaja atau dewasa.

Seringkali orang – orang di sekitar anak dengan ADHD tidak menyadari bahwa anak tersebut memiliki gangguan, dan menilainya sebagai anak nakal dan malas karena tidak dapat berkonsentrasi (memusatkan perhatian pada suatu hal) dan tidak mau diam.  Padahal sikap tersebut merupakan beberapa gejala dari gangguan ADHD. Adapun gejala – gejala lain dari ADHD yang dapat terlihat yaitu sulit berkonsentrasi atau memusatkan perhatian, berperilaku impulsif dan hiperaktif, tidak bisa diam dan selalu ingin bergerak.

Devy Yheanne, Country Leader of Communications & Public Affairs, PT Johnson & Johnson Indonesia mengatakan, ”Di Johnson & Johnson, kesehatan jiwa (mental health) merupakan salah satu fokus utama kami di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Pandemi global virus corona menyebabkan banyak ketidakpastian yang dapat menyebabkan masyarakat Indonesia menjadi lebih cemas, terutama orangtua yang memiliki anak dengan kondisi tertentu, seperti ADHD.

Melihat hal tersebut, kami sadar bahwa para orangtua tersebut membutuhkan dukungan lebih, dalam hal informasi yang jelas dan benar untuk membantu mereka menjaga anak selama masa pandemi. Maka dari itu, sebagai perusahaan perawatan kesehatan yang memprioritaskan kesehatan jiwa, sampai saat ini kami telah mengadakan rangkaian kegiatan edukasi mengenai kesehatan jiwa.

Dan hari ini, kami kembali mengadakan webinar awam untuk memberikan informasi kepada masyarakat umum, baik pasien maupun keluarga ODGJ mengenai apa yang harus dilakukan bagi seseorang dengan ADHD selama masa pandemi, terutama dalam menghadapi kondisi ‘new normal’ atau dikenal juga dengan Adaptasi Kebiasaan Baru.”

Hingga saat ini penyebab dari ADHD belum diketahui secara pasti, namun menurut beberapa penelitian yang telah dilakukan, sejumlah kasus ADHD menunjukkan adanya beberapa bagian otak berukuran lebih kecil dan metabolisme di otaknya mengalami penurunan di daerah tertentu.

Selain itu juga mengalami kekurangan beberapa bahan kimia di otak, seperti dopamin atau norepinefrin dan serotonin.[1] Selain itu, keterlambatan maturasi otak dan disfungsi pada sirkuit otak tertentu juga merupakan salah satu penyebab utamanya sehingga dapat mengganggu kognitif, perhatian, dan fungsi eksekutif. Selain itu, beberapa faktor lain yang dapat meningkatkan risiko seseorang memiliki ADHD adalah faktor genetik dan lingkungan.

Pada umumnya, ADHD memberikan dampak negatif pada prestasi anak di sekolah dan juga kehidupan sosialnya. Berbagai karakteristik kehidupan seorang anak dengan ADHD di sekolah yang dapat dilihat adalah kinerja akademik rendah (misalnya matematika, membaca), meskipun mendapat bantuan atau kelas tambahan; berbicara sangat banyak; berlarian di dalam kelas; tidak memiliki teman meskipun berpartisipasi pada kegiatan ekstrakurikuler; kehidupan sosial terbatas; tidak memiliki hobi atau ketertarikan pada aktivitas rekreasional; dan seringkali bertengkar dengan anggota keluarga. Sedangkan karakteristik pribadi seorang anak ADHD dapat dilihat bahwa perhatiannya sangat mudah teralihkan; tidak menyukai pertanyaan matematika, memecahkan masalah, dan bacaan yang panjang; seringkali menginterupsi guru dan teman sekelas saat berbicara; dan memiliki kepercayaan diri yang rendah.

dr. Herbowo Agung F Soetomenggolo, Sp.A (K), Dokter Spesialis Anak mengatakan,”Baik orangtua, keluarga, guru, maupun pengasuh dari anak dengan ADHD membutuhkan pengetahuan serta bimbingan agar dapat membantu anak tersebut mengendalikan gejala – gejala ADHD dan menerapkan pola hidup sehat pada anak. Maka dari itu, penting untuk diberikan berbagai program pelatihan dan kegiatan edukasi yang dapat mendukung kesiapan mereka dalam mendampingi anak dengan ADHD.”

Halaman   1 2 Show All

Release Terkini

No Release Found

Terpopuler


2024 © Kontan.co.id A subsidiary of KG Media. All Rights Reserved