Inisiasi Wahana Restorasi Bambu Laut, Peneliti KKP Raih Satyalancana Pembangunan

Dalam rangka upaya perlindungannya sejalan dengan Kepmen KP, Loka Perekayasaan Teknologi Kelautan (LPTK) di bawah supervisi Pusat Riset Kelautan BRSDM, telah membangun Teknologi Wahana Perekayasaan Teknologi Konservasi Biota (Wakatobi) Sea Bamboo.
Salah satu penelitinya, Sunarwan Asuhadi, diagunerahi Tanda Kehormatan Satyalancana Pembangunan oleh Presiden Joko Widodo, yang diserahkan Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono, Selasa (17/8/2021), bersama para pegawai KKP lainnya, termasuk dari BRSDM.
"Kepada Bapak Ibu penerima Satyalancana hari ini, anda merupakan ujung tombak terdepan Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk hadir di tengah-tengah masyarakat kelautan dan perikanan dalam memberikan pelayanan yang terbaik," tegas Menteri Trenggono.
Sunarwan dinilai berhasil menginisiasi Wakatobi Sea Bamboo yang memiliki keunggulan struktur yang kuat, terdapat ruang perlindungan biota, aneka formasi substrat, bibit lebih tahan pada perairan berombak dan berarus kencang, sehingga menjaga kelestarian bambu laut, yang memberikan manfaat bagi masyarakat, khususnya di Kabupaten Wakatobi dan Kabupaten Buton Tengah, Provinsi Sulawesi Tenggara.
Plt. Kepala BRSDM Kusdiantoro mengatakan, riset dan inovasi teknologi yang dilakukan pihaknya adalah untuk mendukung program prioritas yang menjadi terobosan KKP untuk menghasilkan sumber daya kelautan dan perikanan yang berkelanjutan untuk kesejahteraan.
Menurut Sunarwan, karya jasa tersebut telah memiliki dampak yang baik antara lain dapat diterapkan di perairan tenang dan berombak atau berarus (skala 7 Beaufort) dengan kecepatan angin kategori kuat (10,8-13,9 meter/detik) serta ombak mencapai 3-4 m.
Selain itu, substrat berbentuk puzle, dapat dibentuk berbagai formasi; memiliki efek perlindungan biota; serta diaplikasikan di lokasi ex-situ dan in-situ. Pertumbuhan melalui metode ini mencapai 2,5–3 cm per tahun dengan survival rate lebih dari 90%. Biaya wahana in-situ pun lebih murah. Tak hanya menunjang sektor kelautan dan perikanan, Wakatobi Bamboo Sea juga menunjang sektor lain, seperti pariwisata.
“Gagasan tentang teknologi Wakatobi Sea Bamboo lahir secara orisinil dari internal Tim LPTK dengan mempertimbangkan karakter lokasi Wakatobi sebagai wilayah pulau-pulau kecil yang dipengaruhi oleh dua musim sekaligus, barat dan timur,” tambah Sunarwan.
Secara in-situ karya jasa tersebut dilakukan di Desa Waha dan Desa Koroe Onowa Kecamatan Wangi-Wangi, Kabupaten Wakatobi, serta Desa Kamama Mekar, Kecamatan Gu, Kabupaten Buton Tengah. Adapun secara ex-situ dilakukan di Aquarium Saltwater, Laboratorium Konservasi LPTK Wakatobi.
Bupati Wakatobi Haliana menyambut baik Wakatobi Sea Bamboo tersebut karena memberikan manfaat yang besar untuk lingkungan dan masyarakat, terlebih hasil riset LPTK tersebut menggunakan akronim Wakatobi sebagai branding.
Tak hanya itu, hasil riset LPTK lainnya juga menggunakan akronim Wakatobi, yaitu Wakatobi AIS (Wahana Keselamatan dan Pemantauan Obyek Berbasis Informasi AIS). Apresiasi tinggi dari Bupati disampaikannya pada saat pertemuan dengan LPTK, Juli lalu. Meskipun meggunakan nama Wakatobi, kedua teknologi tersebut, tetapi implementasinya dilakukan juga di luar Wakatobi.