Cetak Rekor Baru, Surplus Neraca Perdagangan Oktober 2021 Tertinggi Sepanjang Sejarah

“Peningkatan kinerja ekspor produk tersebut didorong oleh komoditas super cycle yang membuat harga komoditas ekspor utama Indonesia mencapai level tinggi. Sementara itu, ekspor produk manufaktur Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang ekspansif pada Oktober lalu sejalan dengan pelonggaran Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di sejumlah daerah. Purchasing Manager’s Index (PMI) Indonesia menempati posisi tertinggi dengan nilai 57,2 poin dibanding dengan negara ASEAN lainnya,” jelas Mendag.
Pada Oktober 2021, kontributor ekspor nonmigas terbesar Indonesia masih berasal dari Tiongkok dengan nilai USD 5,93 miliar, naik 30,45 persen dibanding bulan sebelumnya. Kenaikan ini diikuti AS senilai USD 2,34 miliar (turun 0,04 persen); dan Jepang senilai USD 1,41 miliar (turun 8,19 persen).
Pertumbuhan ekspor nonmigas Oktober 2021 secara signifikan terjadi di beberapa negara. Negara tersebut diantaranya Mesir naik 97,14 persen; Arab Saudi (40,90 persen); Belgia (34,98 persen), Tiongkok (30,45 persen), dan Perancis (29,52 persen). Di bulan ini, pertumbuhan ekspor nonmigas terbesar ke kawasan Afrika lainnya yang tumbuh 212,05 persen dibanding bulan sebelumnya (MoM); Afrika Utara (104,35 persen), dan Asia Barat (68,37 persen).
Secara kumulatif, kinerja ekspor Januari—Oktober 2021 tercatat sebesar USD 186,32 miliar atau naik 41,80 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya (YoY). Peningkatan ini dipengaruhi ekspor nonmigas yang naik menjadi USD 176,47 miliar atau 41,26 persen, diikuti ekspor migas yang naik menjadi USD 9,85 miliar atau 52,23 persen.
Pada periode tersebut, beberapa produk utama Indonesia yang mengalami peningkatan ekspor. Produk tersebut antara lain bijih, terak, dan abu logam (HS 26) sebesar 136,01 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya (YoY); timah dan barang daripadanya (HS 80) 104,57 persen; besi dan baja (HS 72) naik 98,39 persen; berbagai produk kimia (HS 38) 85,00 persen; bahan bakar mineral (HS 27) 81,55 persen; dan lemak dan minyak hewan/nabati (HS 15) 73,42 persen.
Kinerja Impor Bulan Oktober 2021 Juga Meningkat
Nilai impor Indonesia pada Oktober 2021 tercatat sebesar USD 16,29 miliar. Nilai ini kembali meningkat 0,36 persen dibandingkan bulan sebelumnya (MoM). Kenaikan impor dipicu impor migas sebesar 1,68 persen dan nonmigas sebesar 0,19 persen. Ditinjau dari kelompok penggunaan barang, struktur impor Indonesia masih didominasi bahan baku penolong sebesar 75,55 persen, diikuti barang modal (14,69 persen), dan barang konsumsi (9,76 persen). Peningkatan impor didorong adanya permintaan industri dalam negeri yang ditunjukkan dengan peningkatan kinerja impor golongan bahan baku/penolong sebesar 1,77 persen dan barang modal sebesar 1,92 persen.
“Pelonggaran level PPKM di sejumlah daerah pada Oktober 2021 telah mendorong peningkatan aktivitas sektor manufaktur nasional menuju ke arah pemulihan ekonomi dan kembali menumbuhkan impor. Hal ini sejalan dengan indikator aktivitas manufaktur PMI Oktober 2021 yang kembali mencapai rekor tertinggi sejak April 2011,” terang Mendag Lutfi.
Menurut Mendag Lutfi, impor barang konsumsi justru mengalami penurunan sebesar 11,18 persen dibanding bulan sebelumnya (MoM). “Ini disebabkan oleh penurunan permintaan produk farmasi (HS 30) sebesar 34,17 persen yang sejalan dengan melandainya kasus Covid-19 di Indonesia dan permintaan buah-buahan sebesar 14,55 persen,” ucapnya.
Beberapa produk impor nonmigas yang mengalami kenaikan pada Oktober 2021 dibanding bulan sebelumnya (MoM), antara lain gula dan kembang gula (HS 17) yang naik 60,76 persen; aluminium dan barang daripadanya (HS 76) 22,61 persen; ampas/sisa industri makanan (HS 23) 22,23 persen (MoM); besi dan baja (HS 72) 18,36 persen; serta filamen Buatan (HS 54) 15,35 persen. Sedangkan dari segi negara mitra, pertumbuhan terbesar berasal dari Afrika Selatan yang naik signifikan 72,64 persen; Oman (44,82 persen); Swiss (36,17 persen); Argentina (28,96 persen), dan Prancis (19,15 persen).
Mendag Lutfi menambahkan, kinerja impor Indonesia pada periode Januari—Oktober 2021) mencapai USD 155,51 atau naik 35,86 persen secara tahunan (YoY). “Pertumbuhan tersebut ditopang lonjakan impor migas sebesar 63,61 persen dan kenaikan impor nonmigas sebesar 32,70 persen. Kenaikan impor periode ini menjadi sinyal positif peningkatan aktivitas industri dan perekonomian nasional,” pungkasnya.