May
18
2020
     11:02

Bank DBS Indonesia Berkolaborasi dengan Blibli.com Hadirkan Diskusi Daring bagi Pelaku Usaha

Bank DBS Indonesia Berkolaborasi dengan Blibli.com Hadirkan Diskusi Daring bagi Pelaku Usaha

Jakarta, 18 Mei 2020 - Sebagai salah satu kontributor Produk Domestik Bruto (PDB) terbesar di Indonesia, usaha kecil dan menengah (UKM) memiliki andil dalam menentukan kondisi ekonomi Indonesia terlebih di tengah pandemi Covid-19. Melihat hal tersebut, Bank DBS Indonesia sebagai institusi perbankan dengan wawasan bisnis dan industri terdepan, berkolaborasi dengan BliBli.com  untuk memberikan wawasan bagi merchant partner BliBli.com dan pelaku usaha lainnya melalui sesi talkshow bertemakan “What Business Can Do and Adapting with this New Normal”. Hal ini merupakan wujud dari komitmen Bank DBS Indonesia dalam memajukan industri UKM Indonesia.

Dewi Meisari, founder ukmindonesia.id memaparkan tentang besarnya peluang dan dukungan kebijakan bagi UKM di tengah pandemi Covid-19. Selain itu, turut hadir Maynard Priajaya Arif, VP Group Research DBS Bank Ltd yang memberikan pemaparan mengenai tinjauan ekonomi di tengah Covid-19 dan paparan prediksi pasca Covid-19.

Berdasarkan hasil survey cepat ukmindonesia.id terhadap lebih dari 230 anggotanya pada Maret 2020, lebih dari 70% UKM, merasakan imbas turunnya omset bisnis secara drastis bahkan berdampak negatif. Penjualan produk yang mengalami kenaikan adalah produk herbal, buah, makanan beku (frozen food), yang semuanya berasal dari transaksi online. “Di era digital seperti saat ini, keterampilan memasarkan produk secara online menjadi salah satu kunci dalam menjalankan bisnis. Berdasarkan data Menkominfo tahun 2019 terdapat sekitar 20% pelaku UKM yang memasarkan produknya secara daring,” jelas Dewi

Dewi juga memaparkan beberapa strategi bagi pelaku usaha untuk dapat bersaing dengan pasar. Pertama melakukan penghematan: melakukan musyawarah dengan pegawai mengenai pengurangan gaji sementara waktu, dan dikompensasi dengan penurunan beban kerja (salah satunya dengan menurunkan jam kerja), kedua mengakses program pemerintah yang dapat membantu menurunkan beban biaya (misalnya cicilan pinjaman, listrik, BPJS, pajak, dan lain-lain), ketiga, membidik peluang lain yang ada di depan mata – shifting sementara –  selama dapat mendatangkan arus pendapatan (contoh, coffee shop, bisa shifting berbisnis buah atau frozen food atau jahe merah, kedua proaktif menggali informasi (browsing, bergabung komunitas, dan lain-lain), keempat, gunakan waktu untuk sebanyak-banyaknya belajar dan membenahi usaha (contoh: memperbaiki logo, belajar memasarkan secara daring lebih baik lagi, mencari peluang memasarkan melalui e-commerce, mengikuti berbagai pelatihan daring, dan benahi keuangan).  

Tinjauan Ekonomi

Dalam tinjauan ekonomi, Maynard memberikan pemaparan, Covid-19 akan memberikan dampak secara luas terhadap pertumbuhan ekonomi global. Jika melihat perekonomian di negara-negara ASEAN secara keseluruhan di tahun 2020, pertumbuhannya melambat bahkan untuk beberapa negara akan negatif. Apabila melihat sisi positif data pertumbuhan Indonesia dibanding ASEAN, pertumbuhannya cenderung lebih resilien. Berdasarkan forecast dari Group Research DBS pertumbuhan Indonesia saat ini sekitar 1 -1,3%, walaupun sedikit di bawah asumsi pemerintah tapi paling tidak pertumbuhannya masih positif.

Setelah krisis tahun 1998, krisis-krisis yang terjadi dampaknya masih bersifat lokal misalnya krisis Dot.com tahun 2001 di Amerika, dan krisis finansial di tahun 2008 yang menyebabkan beberapa bank juga collapse, berdampak di negara-negara maju tapi tidak berdampak terlalu signifikan bagi Indonesia, karena perekonomian domestik tetap jalan. Namun, Covid-19 ini berbeda, penyebarannya yang merata ke seluruh dunia dan angka kematian cukup tinggi, membuat dampaknya lebih besar dari krisis yang pernah terjadi sebelumnya. Selain itu, adanya usaha pemerintah di berbagai negara untuk menekan angka penyebaran Covid-19 ini dengan melakukan kebijakan yang berdampak besar ke ekonomi dan sektor lainnya. Salah satunya sektor Transportasi dan Pariwisata.

Lantas berapa lama hal ini akan terjadi? Kasus pertama di Indonesia diumumkan pada awal Maret lalu dan angkanya masih naik hingga saat ini. Yang menjadi pertanyaan, apakah puncaknya akan terjadi di kuartal kedua atau masih akan berlanjut di kuartal ketiga? Untuk asumsi saat ini, harapannya adalah kuartal kedua merupakan puncaknya dan setelah Juni nanti akan ada perbaikan.

Trend kurva Covid-19 di beberapa negara, yang paling bagus saat ini adalah di Cina dan Korea, kasusnya sudah menurun dan hampir tidak ada kasus baru, serta perekonomian di Cina perlahan mulai bergerak kembali. Belajar dari Cina, dibutuhkan waktu hingga empat bulan menuju fase tersebut. Harapannya, Indonesia di bulan Juli nanti dapat memasuki fase recovery, dan angka penyebaran pandemi bisa terus dikontrol serta diharapkan  terlihat adanya perbaikan.

Maynard juga menyebutkan jika melihat dari sisi makro ekonomi dampak Covid-19 di Indonesia sudah mulai terasa di kuartal pertama. Berdasarkan data yang diumumkan pemerintah, di kuartal pertama pertumbuhan PDB kita turun hanya sekitar 2,97% dan jika melihat di lima tahun terakhir  ini adalah pertumbuhan perekonomian yang paling lambat untuk Indonesia bahkan di sepuluh tahun terakhir setelah krisis global tahun 2010.

Halaman   1 2 Show All

Release Terkini

No Release Found

Terpopuler


2024 © Kontan.co.id A subsidiary of KG Media. All Rights Reserved