July
08
2019
     10:29

Angkat Perekonomian Nelayan, Garuda Indonesia Kembangkan Teknologi Pesawat Kargo Nirawak

Angkat Perekonomian Nelayan, Garuda Indonesia Kembangkan Teknologi Pesawat Kargo Nirawak

Cengkareng, 06 Juli 2019 - Maskapai nasional Garuda Indonesia optimistis teknologi pesawat kargo udara nirawak atau Unmanned Aerial Vehicle (UAV) yang saat ini tengah dikembangkan dapat mendukung upaya peningkatan kualitas perekonomian nelayan di wilayah remote area khususnya di Indonesia Timur.

Hal tersebut sekaligus mewujudkan visi dari Presiden RI Joko Widodo dalam mencanangkan Indonesia sebagai "Poros Maritim Dunia". Dengan potensi ekonomi maritim Indonesia yang mencapai USD 1,33 triliun per tahun, Garuda Indonesia memproyeksikan dapat ambil andil memperluas jaringan konektivitas dan layanan distribusi kargo udara dalam mendukung daya saing potensi komoditas kemaritiman Nasional.

Terobosan teknologi pesawat kargo nirawak ini merupakan bagian dari dukungan visi “Poros Maritim Dunia” yang ke depannya diharapkan dapat menjadi solusi strategis dalam memperkuat jalur distribusi kargo udara bagi komoditas maritim unggulan di wilayah remote area dengan keterbatasan sarana infrastruktur.

Direktur Utama Garuda Indonesia Ari Askhara mengungkapkan, "Sejalan dengan strategi nasional menuju Indonesia sebagai "Poros Maritim Dunia", kehadiran teknologi pesawat kargo nirawak ini nantinya dapat secara signifikan mendukung upaya percepatan pengiriman komoditas kemaritiman di remote area sehingga kualitas dan kesegaran komoditas dapat menjadi lebih berdaya saing yang pada akhirnya dapat menstimulir kapasitas produksi nelayan lokal dengan cost logistik yang lebih kompetitif".

"Melalui terobosan tersebut kami harapkan dapat mengoptimalkan pengelolaan potensi sumber daya ikan serta menghindari disparitas harga komoditi antar wilayah Indonesia timur akan terwujud", jelas Ari

Selain itu, dengan hadirnya teknologi pesawat kargo nirawak ini produk komoditas kemaritiman nelayan lokal di wilayah terpencil dapat terhubung langsung dengan hub penerbangan nasional Garuda Indonesia yang memiliki akses langsung ke sejumlah negara pengimpor produk maritim nasional. Hal ini turut sejalan dengan visi strategi Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia dengan menghubungkan pasar domestik dengan pasar dunia.

"Saat ini Garuda Indonesia terus memastikan kesiapan implementasi teknologi pesawat kargo nirawak tersebut. Adapun Garuda Indonesia merencanakan teknologi tersebut dapat segera di-ujicobakan pada pertengahan semester 2 tahun ini yang akan bekerjasama dengan Beihang Unmanned Aircraft System Technology, salah satu perusahaan pembuat Unmanned Aerial Vehicle (UAV) asal Beijing, China", papar Ari.

“Garuda Indonesia juga berencana bekerja sama dengan satu perusahaan dalam negeri sebagai manufacturer atau assembly point selama proses produksi UAV berlangsung. Kami berharap seluruh proses persiapan ini dapat berjalan lancar dan sesuai dengan prosedur yang berlaku di Indonesia.” jelas Ari.

Ari menambahkan, “Hingga 2024, kami memproyeksikan Garuda Indonesia dapat mengembangkan sedikitnya 100 unit armada UAV yang dapat menunjang layanan distribusi kargo udara yang lebih efektif dan efisien khususnya sebagai jembatan laju perekonomian Indonesia khususnya di remote area yang selama ini mengalami keterbatasan akses layanan kargo”.

Adapun teknologi pesawat kargo nirawak ini diproyeksikan dapat mengangkut beban angkutan kargo hingga mencapai 2,2 ton dengan jarak tempuh mencapai 1.200 kilometer di ketinggian 3.000 meter. Pada tahap awal pengoperasiannya akan difokuskan di daerah Indonesia bagian timur seperti Maluku, Sulawesi, dan Papua.

Garuda Indonesia sebagai bagian dari poros industri transportasi penerbangan nasional melihat Indonesia memiliki berbagai potensi komoditas kemaritiman yang menjanjikan. Seperti di Provinsi Maluku memiliki potensi sumber daya perikanan mencapai total 3,05 juta ton per tahun yang tersebar di tiga Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) yaitu di WPP Laut Banda, WPP Laut Seram dan WPP Laut Arafura.

Namun demikian, kondisi kesejahteraan masyarakat Maluku yang sebagian besar memiliki pekerjaan sebagai nelayan berbanding terbalik di tengah besarnya potensi sumber daya perikanan tersebut. Salah satu penyebabnya adalah karena keterbatasan transportasi ekspor komoditi perikanan untuk menjangkau wilayah yang lebih jauh dengan waktu yang cepat.

Hal tersebut juga diungkapkan oleh Tati, salah seorang pengguna jasa kargo Garuda Indonesia yang berprofesi sebagai eksportir di Maluku dengan spesialisasi komoditi kepiting dan lobster yang dikirim langsung ke negara Singapura dan Malaysia.

Tati menyampaikan, “Saat ini ekspor ke dua negara tersebut seringkali terkendala waktu tunggu yang lama pada saat di Jakarta dan tanpa adanya tempat khusus untuk hasil laut tersebut, tidak jarang kepiting dan lobster yang sebelumnya masih fresh sebagian menjadi mati dan menimbulkan bau. Akhirnya dikembalikan lagi ke kami, dan kami harus menanggung kerugiannya dan kami juga sering menerima komplain dari pelanggan karena waktu tiba yang lama atau tidak sesuai dengan permintaan”.

“Saya pribadi berharap, dengan beroperasinya pesawat nirawak ini nantinya dapat mempercepat waktu pengiriman sehingga pelanggan kami senang karena tiba tepat waktu, kondisi hasil laut yang masih segar pada saat diterima dan kami juga berharap biaya kargo dapat semakin murah”, kata Tati.

Halaman   1 2 Show All

Release Terkini

No Release Found

Terpopuler


2025 © Kontan.co.id A subsidiary of KG Media. All Rights Reserved