July
14
2022
     16:51

Terjadi Perlambatan Dramatis dalam Aktivitas IPO Global Setelah Tahun Rekor 2021

Terjadi Perlambatan Dramatis dalam Aktivitas IPO Global Setelah Tahun Rekor 2021
ILUSTRASI. Momentum IPO terus melambat dari Q1 ke Q2, mengakibatkan penurunan yang cukup besar pada jumlah transaksi dan perolehan dana.

Sumber: Pressrelease.id | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - . Momentum IPO terus melambat dari Q1 ke Q2, mengakibatkan penurunan yang cukup besar pada jumlah transaksi dan perolehan dana. Meningkatnya volatilitas yang disebabkan oleh ketegangan geopolitik dan faktor makroekonomi, penurunan valuasi, dan kinerja harga saham pasca-IPO yang buruk menyebabkan banyak penundaan IPO selama kuartal tersebut. Perlambatan dramatis dalam aktivitas IPO di year-to-date (YTD) 2022 setelah tahun rekor pada 2021 dialami di sebagian besar pasar utama.

Untuk Q2 2022, pasar IPO global mencatat 305 transaksi sejumlah US$40,6 miliar, turun masing-masing 54% dan 65%, dari tahun ke tahun (YOY). Sejak YTD 2022, ada total 630 IPO yang menghasilkan US$95,4 miliar, menunjukkan penurunan masing-masing 46% dan 58%, YOY.

10 IPO terbesar berdasarkan perolehan pendanaan mengumpulkan US$40 miliar, dengan sektor energi mendominasi tiga dari empat IPO teratas, menggantikan sektor teknologi sebagai penggalangan dana IPO teratas. Sektor teknologi terus memimpin berdasarkan jumlah, tetapi ukuran transaksi IPO rata-rata turun dari US$293 juta menjadi US$137 juta. Sedangkan sektor energi telah mengambil alih dan memimpin perolehan dengan ukuran transaksi rata-rata meningkat dari US$191 juta menjadi US$680 juta YOY

Terlepas masuknya pasar baru, IPO perusahaan akuisisi tujuan khusus (SPAC) turun secara signifikan sejalan dengan aktivitas IPO tradisional. Pasar SPAC mendapat tantangan tahun ini sebagai akibat dari kondisi pasar yang lebih luas, ketidakpastian peraturan, dan peningkatan penebusan. Sejumlah SPAC yang ada saat ini secara aktif mencari target, dimana sebagian besar menghadapi potensi kedaluwarsa di tahun depan. Namun, kinerja pasar dan kejelasan peraturan kemungkinan akan mendorong aliran transaksi di masa depan.

Sejalan dengan penurunan tajam dalam aktivitas IPO global, terjadi penurunan yang cukup besar pada aktivitas lintas batas yang dipengaruhi oleh tekanan geopolitik dan kebijakan pemerintah terkait pencatatan di luar negeri. Temuan ini dan beserta temuan lainnya dipublikasikan pada EY Global IPO Trends Q2 2022.

Kinerja keseluruhan regional: investor kembali fokus pada aspek fundamental
Wilayah Amerika menyelesaikan 41 transaksi pada Q2 2022 dan mengumpulkan perolehan sejumlah US$2,5 miliar. Hal ini merupakan penurunan 73% dalam jumlah transaksi dan penurunan 95% dalam perolehan YOY. Wilayah Asia-Pasifik mencatat 181 IPO yang menghasilkan US$23,3 miliar di Triwulan ke-2, yaitu penurunan YOY sebesar 37% untuk volume dan 42% dalam perolehan. Aktivitas IPO pasar EMEIA di Q2 2022 mendapati 83 transaksi yang menghasilkan US$14,8 miliar, yaitu penurunan YOY masing-masing sebesar 62% dan 44%.

Mengingat likuiditas pasar yang ketat dan penurunan harga saham yang signifikan dari banyak perusahaan ekonomi baru yang go public selama dua tahun terakhir, investor menjadi lebih selektif dan memfokuskan kembali pada aspek fundamental perusahaan daripada sekadar wacana dan proyeksi "pertumbuhan", misalnya, keuntungan berkelanjutan dan arus kas bebas.

Paul Go, EY Global IPO Leader, mengatakan:
“Setiap momentum awal yang dibawa dari rekor IPO tahun 2021 cepat hilang dalam menghadapi peningkatan volatilitas pasar dari meningkatnya ketegangan geopolitik, faktor ekonomi makro yang tidak menguntungkan, melemahnya pasar/valuasi saham, dan kinerja pasca-IPO yang mengecewakan, yang pada akhirnya menghalangi sentimen investor IPO. Dengan pengetatan likuiditas pasar, investor menjadi lebih selektif dan memfokuskan kembali pada perusahaan yang menunjukkan model bisnis yang tangguh dan pertumbuhan yang menguntungkan, sambil menanamkan ESG (lingkungan, sosial dan tata kelola) sebagai bagian dari nilai bisnis inti mereka.”

Pasar IPO Asia-Pasifik melemah di tahun 2022
Wilayah Asia-Pasifik menutup kuartal dengan penurunan 42% dalam perolehan dan penurunan 37% dalam jumlah transaksi YOY. Namun, kinerja pasar Asia-Pasifik relatif lebih baik dengan memanfaatkan dua IPO global terbesar YTD. Di kawasan ini terdapat 181 IPO yang berhasil pengumpulan dana sebesar US$23,3 miliar selama Triwulan ke-2, dan 367 IPO meningkatkan perolehan sebesar US$66,0 pada tahun 2022. Dalam hal aktivitas sektor YTD, sektor material memimpin dengan 78 IPO, diikuti oleh sektor industri dengan 77 IPO. YTD, Bursa Efek Shenzhen memiliki jumlah transaksi tertinggi sejumlah 82 IPO, yang merupakan 13% dari IPO global. Sementara itu, Shanghai Stock Exchange memiliki perolehan tertinggi sejumlah US$32,8 miliar yang merupakan 34% dari IPO global YTD.

YTD 2022, China mengalami penurunan YOY sebesar 36% dalam transaksi (191) dan penurunan perolehan sebesar 16% (US$51,2 miliar). Faktor konvergensi (pembatasan COVID-19, kerusuhan geopolitik, pasar saham yang melemah, ketidakpastian ekonomi dan kenaikan suku bunga) berdampak negatif pada aktivitas IPO di Hong Kong. Dengan pencabutan pembatasan COVID-19 di Shanghai dan Beijing, bersama dengan 33 kebijakan dan langkah-langkah stabilisasi Dewan Negara, ekonomi China diperkirakan akan pulih secara signifikan pada Q3 2022 dan meningkatkan sentimen investor.

Jepang mengalami 37 IPO, mengumpulkan total perolehan dana sebesar US$0,5 miliar YTD, turun 84% dalam perolehan dan 31% dalam transaksi, YOY. Memburuknya sentimen investor terutama didorong oleh konflik geopolitik, kenaikan harga energi, dan depresiasi yen Jepang. Tokyo Stock Exchange (TSE) telah direstrukturisasi menjadi tiga segmen pasar baru – Prime, Standard, dan Growth – untuk meningkatkan sentimen investor dan mendapatkan pangsa pasar global.

YOY, Aktivitas IPO Australia dan Selandia Baru mengalami penurunan YTD dalam jumlah IPO (3%), namun mengalami penurunan pendapatan yang cukup besar (76%). Hal ini dapat dikaitkan dengan beberapa IPO besar yang ditunda hingga Q3/Q4 2022. Sementara kegiatan penggalangan dana telah melambat sebagian besar karena sentimen investor yang buruk, terdapat beberapa kegiatan M&A, termasuk transaksi demerger dan IPO untuk carved-out businesses.

YTD, Asean mendapati total 54 IPO sejumlah US$2,4 miliar, turun 2% dalam jumlah transaksi dan 55% dalam perolehan YOY. Penurunan pendapatan yang mencolok disebabkan oleh kurangnya mega IPO (IPO dengan pendapatan sama dengan atau lebih besar dari US$1 miliar) di YTD 2022, dibandingkan dengan tiga mega IPO di YTD 2021 sejumlah US$3,9 miliar. Bursa Asean yang paling aktif adalah Indonesia (22 IPO sejumlah US$1,3 miliar), Thailand (13 IPO sejumlah US$0,3 miliar), dan Filipina (7 IPO sejumlah US$0,3 miliar), diikuti oleh Malaysia (6 IPO sejumlah US$0,5 miliar) dan Singapura (6 IPO sejumlah US$33 juta).

Ringo Choi, EY Asia-Pacific IPO Leader, mengatakan:
“Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi, mulai dari pembatasan COVID-19 dan perang di Eropa hingga kenaikan tingkat inflasi dan ketegangan AS/China yang telah melemahkan pasar IPO Asia-Pasifik pada paruh pertama tahun 2022. Namun serangkaian perkembangan ekonomi positif dan kebijakan baru pemerintah di China akan menghasilkan optimisme baru dan membangkitkan aktivitas IPO di seluruh kawasan Asia-Pasifik untuk sisa tahun ini.”

Indonesia memimpin IPO di Asean meskipun terjadi penurunan yang mencolok di regional
Jumlah kegiatan penggalangan dana di pasar modal Indonesia telah mengalami pertumbuhan yang kuat, didukung oleh keberlanjutan pemulihan ekonomi secara keseluruhan pada tahun 2022. Sementara inflasi telah mengalami peningkatan sepanjang YTD 2022, Bank Indonesia telah mempertahankan suku bunga yang merupakan kebijakan utamanya – 7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) – pada titik terendah sepanjang masa sebesar 3,5%.

Pertumbuhan aktivitas jasa, harga ekspor komoditas yang tinggi, dan perbaikan prospek investasi secara keseluruhan telah berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi negara. Pemerintah juga telah mempercepat pengeluarannya untuk meningkatkan konsumsi dan permintaan, didukung oleh langkah-langkah fiskal utama untuk melawan inflasi.

Pada periode yang sama, pasar modal Indonesia terus mengalami pertumbuhan dalam hal penggalangan dana. Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatatkan 22 transaksi dengan total perolehan sebesar US$1,3 miliar pada Q2 2022. Dibandingkan dengan Q2 2021 yang memiliki lebih banyak transaksi (23) tetapi perolehan secara signifikan lebih rendah sebesar US$0,5 miliar.

Namun, beberapa saham hasil IPO pada Q2 2022 mengalami penurunan harga sebagai dampak dari kenaikan suku bunga The Fed.  Rekam jejak pertumbuhan dan profitabilitas yang terbukti merupakan bahan pertimbangan yang penting bagi investor mengingat dinamika pasar saat ini. Menuju Q3/Q4 2022, BEI diperkirakan masih akan melihat lebih banyak kegiatan IPO dari perusahaan yang ingin go public dan mengumpulkan dana. Perusahaan-perusahaan ini termasuk perusahaan di sektor energi, transportasi, logistik, teknologi dan pertanian, di antara beberapa lainnya.

Sahala Situmorang, Lead Advisory - Strategy and Transactions Partner, PT Ernst & Young Indonesia, mengatakan:
“Beberapa sektor utama mengalami pertumbuhan tinggi di tengah pandemi dan memanfaatkan momentum untuk melihat level baru pertumbuhan yang lebih tinggi. Prospek IPO tetap positif mengingat banyaknya jumlah perusahaan yang siap mengakses pasar publik di kuartal mendatang. Selain itu, kesinambungan pemulihan ekonomi secara keseluruhan ditambah dengan meningkatnya jumlah investor akan semakin memacu pertumbuhan aktivitas penggalangan dana di pasar modal.”

Prospek Q3 2022: ketidakpastian dan volatilitas kemungkinan akan tetap ada
Ada banyak mega IPO yang ditunda pada paruh pertama tahun 2022. Mereka mewakili pipeline yang sehat dan kemungkinan akan masuk ke pasar ketika ketidakpastian dan volatilitas saat ini mereda. Namun, tantangan kuat dari ketidakpastian saat ini dan volatilitas pasar kemungkinan akan tetap ada, termasuk ketegangan geopolitik, faktor ekonomi makro, kinerja pasar modal yang lemah, dan dampak dari pandemi yang masih berlangsung pada perjalanan global dan sektor terkait.

Sektor teknologi kemungkinan akan terus menjadi sektor utama dalam segi jumlah transaksi yang masuk ke pasar. Namun, dengan fokus yang lebih besar pada sumber energi terbarukan dalam menghadapi kenaikan harga minyak, sektor energi diperkirakan akan terus memimpin dengan hasil dari transaksi yang lebih besar.

ESG akan terus menjadi tema utama dari sektor-agnostik (perusahaan ekuitas swasta atau bank investasi yang tidak berspesialisasi dalam industri tertentu) bagi investor dan kandidat IPO. Ketika perubahan iklim global dan kendala pasokan energi meningkat, perusahaan yang telah menanamkan ESG ke dalam nilai bisnis inti dan operasi mereka harus menarik lebih banyak investor dan penilaian yang lebih tinggi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Release Terkini


2024 © Kontan.co.id A subsidiary of KG Media. All Rights Reserved