Optimalkan Perjanjian Dagang IC–CEPA, Dirjen PEN Pimpin Misi Dagang ke Cile
Sumber: Pressrelease.id | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kementerian Perdagangan Didi Sumedi memimpin Delegasi Misi Dagang Indonesia ke Cile pada 9–10 Mei 2024 lalu. Turut serta dalam misi dagang tersebut Dirjen Perundingan Perdagangan Internasional (PPI) Kemendag Djatmiko Bris Witjaksono. Misi dagang ke Cile bertujuan mendorong peningkatan nilai perdagangan Indonesia ke Amerika Selatan melalui Cile sebagai hub perdagangan di wilayah tersebut serta pemanfaatan skema perjanjian dagang yang telah dimiliki Indonesia dan Cile yakni Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif antara Indonesia dan Cile (IC–CEPA).
“Kemendag berkomitmen terus mendorong produk Indonesia masuk ke pasar nontradisional, salah satunya kawasan Amerika Selatan. Cile memiliki posisi strategis di antara negara-negara Amerika Selatan lainnya karena dapat menjadi akses masuk bagi produk Indonesia ke kawasan wilayah Amerika Selatan,” kata Didi.
Didi juga mengatakan, misi dagang kali ini bertujuan untuk mendorong peningkatan potensi perdagangan dan kemitraan ekonomi kedua negara pascaimplementasi IC–CEPA pada 2019.
“Melalui pemanfaatan perjanjian dagang IC–CEPA, potensi nilai perdagangan kedua negara masih dapat ditingkatkan sampai USD 1 miliar. Misi Dagang ke Cile juga sebagai bentuk kontribusi Kemendag dalam mendukung Satuan Tugas Peningkatan Ekspor Nasional, dan Cile merupakan salah satu negara prioritas yang menjadi target peningkatan ekspor,” ungkap Didi.
Cile merupakan negara yang perekonomiannya sangat terbuka. Cile telah menandatangani 34 perjanjian dagang bebas (Free Trade Agreement/FTA) dengan 64 negara termasuk dengan Indonesia. IC–CEPA sendiri menghapuskan 89,6 persen dari total pos tarif. Oleh karenanya, pelaku usaha Indonesia dapat memanfaatkannya melalui penggunaan Surat Keterangan Asal (SKA) Form IC–CEPA.
“IC–CEPA telah memberi dampak positif terhadap peningkatan nilai perdagangan Indonesia–Cile sampai 21,73 persen dibandingkan nilai perdagangan sebelum IC–CEPA,” ungkap Djatmiko.
Dalam misi dagang kali ini, terdapat sembilan pelaku usaha dan asosiasi yang ikut serta. Para pelaku usaha dan asosiasi tersebut bergerak di berbagai sektor seperti produk kelapa sawit dan turunannya, pestisida, produk kimia, suku cadang kendaraan, serta pengemasan.
Sementara itu, forum bisnis Indonesia–Cile yang dihadiri lebih dari 70 pelaku usaha Cile, yang dilanjutkan dengan one on one business matching antara perusahaan Indonesia dan pelaku bisnis Cile, telah berhasil mencatatkan potensi transaksi senilai USD 7,45 juta atau Rp119,20 miliar. Potensi transaksi dihasilkan dari produk kelapa sawit dan turunannya, suku cadang kendaraan bermotor, dan plastik kemasan.
Selain itu, digelar juga pertemuan bisnis dengan Konfederasi Industri Cile (Sociedad de Fomento Fabril/SOFOFA) dan perwakilan Pemerintah Cile di bidang hubungan ekonomi internasional (Subsecretatia de Relaciones Economicas Internationales Chile/SUBREI). Pertemuan ditujukan untuk mendorong keterlibatan pelaku usaha Indonesia dan Cile, serta kerja sama yang lebih luas lagi dan saling menguntungkan bagi kedua negara.
Jajaki Potensi Kerja Sama
Pada rangkaian misi dagang ke Cile, dilakukan sejumlah kunjungan bisnis, yakni ke Supermarket Jumbo, importir produk suku cadang otomotif Mannheim, importir furnitur Area Design, dan importir sepeda asal Indonesia yakni Cross Mountain.
Supermarket Jumbo yang merupakan retail terbesar di Amerika Selatan telah mengimpor produk mi dari Indonesia dengan beberapa varian dan rasa. Supermarket Jumbo menyatakan ketertarikannya untuk mencoba produk kelapa dari Indonesia. Merespons hal tersebut, Didi menyambut baik dan akan memfasilitasi pertemuan Jumbo dengan perusahaan Indonesia yang memproduksi produk kelapa.
Selain itu, pada kunjungan ke importir suku cadang kendaraan terkemuka di Cile yakni Mannheim, Kemendag memfasilitasi pertemuan pelaku usaha suku cadang kendaraan Indonesia dengan importir di Cile. Kemendag pun mendukung produk suku cadang otomotif potensial lainnya untuk masuk ke pasar Cile.
Didi menyampaikan, selain makanan dan suku cadang kendaraan, potensi pertumbuhan industri furnitur di Cile juga sangat menjanjikan. Saat kunjungan ke Area Design, perusahaan pemasok furnitur bergengsi di Cile, Didi mendapati bahwa 70 persen produknya berasal dari Indonesia. Didi meyakini, melalui skema tarif preferensial dari IC–CEPA yang telah masuk tahap implementasi, kinerja ekspor furnitur Indonesia ke Cile akan terus meningkat. “Terlebih, karena produk furnitur Indonesia dapat bersaing di pasar Cile dari sisi harga dengan produk sejenis dari negara lain,” tambah Didi.
Sementara itu, pada pertemuan dengan Cross Mountain yang merupakan importir produk olahraga ternama di Cile, Didi mengajak Cross Mountain yang juga telah mengimpor sepeda gunung dari Polygon Indonesia untuk memanfaatkan skema pengurangan tarif IC–CEPA dalam meningkatkan volume dan nilai impor sepeda dari Indonesia. “Sepeda merupakan salah satu produk yang mendapat tarif preferensi pengurangan bea masuk dalam skema IC–CEPA,” pungkas Didi.
Baca Juga: IC-CEPA berdampak positif terhadap kenaikan ekspor Indonesia
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News