June
12
2024
     13:02

Kementerian Kesehatan Berkomitmen dalam Peningkatan Layanan Bedah Saraf

Kementerian Kesehatan Berkomitmen dalam Peningkatan Layanan Bedah Saraf
ILUSTRASI. Wakil Menteri Kesehatan RI Prof. Dante Harbuwono menghadiri pertemuan ilmiah tahunan Perhimpunan Spesialis Bedah Syaraf ke-28 bertema ?Strengthening Regional and Global Neurosurgery Network? di Ballroom 1 Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD City, Tangerang Selatan, Banten, Jumat (7/6).

Sumber: Pressrelease.id | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - Wakil Menteri Kesehatan RI Prof. Dante Harbuwono menghadiri pertemuan ilmiah tahunan Perhimpunan Spesialis Bedah Syaraf ke-28 bertema “Strengthening Regional and Global Neurosurgery Network” di Ballroom 1 Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD City, Tangerang Selatan, Banten, Jumat (7/6).

Dalam sambutannya, Prof. Dante menegaskan komitmen Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk meningkatkan sistem kesehatan di Indonesia, termasuk layanan bedah saraf di Indonesia.

“Saat ini, kami sedang melaksanakan transformasi sistem kesehatan, mulai dari transformasi layanan primer, layanan sekunder, ketahanan sistem kesehatan, pembiayaan kesehatan, talenta kesehatan, dan teknologi kesehatan. Sehubungan dengan bedah saraf, transformasi perawatan sekunder dan transformasi talenta kesehatan adalah fokus kami,” kata Prof. Dante.

Kemenkes fokus mengatasi berbagai penyakit, termasuk penyakit bencana yang menjadi penyebab utama kematian, penyakit yang membebani pengeluaran kesehatan seperti kanker, kardiovaskular, stroke, dan ginjal.

“Kita punya tujuan, yaitu memastikan seluruh kabupaten dan kota memiliki jaringan rumah sakit rujukan untuk empat penyakit prioritas paling lambat pada 2027,” kata Prof. Dante.

Pada 2022, layanan stroke di Indonesia belum tersedia secara merata di seluruh wilayah. Karena itu, Kemenkes membangun sistem jaringan rujukan dengan setiap level memiliki tingkat kompetensinya masing-masing untuk memastikan layanan yang optimal dan efisien di seluruh negeri.

“Misalnya, RS Madya hanya bisa melakukan sampai dengan penggulungan, RS Utama bisa melakukan sampai dengan bedah saraf terbuka atau kliping, dan RS Paripurna harus bisa melakukan intervensi bedah saraf tingkat lanjut,” kata Prof. Dante.

RS Paripurna merupakan rumah sakit yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan rujukan internasional, RS Utama adalah rumah sakit yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan rujukan nasional, dan RS Madya merupakan rumah sakit yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan rujukan regional.

Untuk lebih mempercepat pelayanan bedah saraf, Kemenkes juga menyediakan peralatan medis sesuai kebutuhan rumah sakit, seperti mikroskop bedah saraf, CT scan, dan MRI.

Prof. Dante menegaskan, upaya yang telah dilakukan Kemenkes mulai menunjukkan hasil. Sebanyak 32 dari 38 provinsi berada pada jalur yang tepat untuk menyediakan layanan kliping. Selain itu, 16 di antaranya sudah mampu memberikan pelayanan, dan 16 lainnya sedang dalam proses pengawasan.

“Saya kira, kita semua bisa sepakat bahwa pelayanan tidak dapat terlaksana tanpa tenaga kerja yang memadai. Ambil contoh bedah saraf, di sini kita dapat melihat bahwa hanya lima provinsi yang memenuhi target rasio dokter bedah saraf per penduduk. Tidak hanya itu, distribusi dokter bedah saraf juga menjadi permasalahan, sebagian besar berlokasi di pulau Jawa,” kata Prof. Dante.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut Kemenkes memberikan beberapa solusi, salah satunya dengan memberikan beasiswa. Hingga saat ini, ada 72 dokter yang menerima beasiswa bedah saraf sejak 2008.

Kemenkes juga bekerja sama dengan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) untuk memperbanyak beasiswa spesialis, subspesialis, dan fellowship. Saat ini, Kemenkes memiliki lebih dari dua ribu tempat untuk beasiswa.

Prof. Dante berharap kegiatan yang diselenggarakan saat ini dapat menginisiasi kemajuan serta meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu, dapat mendesiminasi jumlah dokter bedah saraf yang lebih banyak di Indonesia.

“Kita masih memerlukan dokter-dokter bedah saraf karena penyakit katastropik yang banyak di Indonesia, salah satunya adalah stroke. Penanganan stroke yang komprehensif dan advance membutuhkan ahli bedah saraf. Hal yang paling penting adalah memberikan posisi yang lebih baik bagi dokter-dokter Indonesia di kancah Internasional,” kata Prof. Dante.

Prof. Dante menutup sambutannya dengan mengajak seluruh lapisan masyarakat bekerja sama dalam mengatasi permasalahan kesehatan di Indonesia. Dengan adanya kolaborasi antara pemerintah, Perkumpulan Bedah Saraf Indonesia, Perguruan Tinggi Bedah Saraf, rumah sakit, dan pemangku kepentingan lainnya, bedah saraf di Indonesia dapat memberikan kemajuan yang besar.

Baca Juga: Kemenkes RI dan RS Rizhao Xinyi Kerja Sama Pelatihan Dokter Kardiovaskular

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Release Terkini


2024 © Kontan.co.id A subsidiary of KG Media. All Rights Reserved