January
31
2022
     14:05

GTSI Relokasi Infrastruktur dan Dukung Ketersediaan Listrik di Teluk Gorontalo

GTSI Relokasi Infrastruktur dan Dukung Ketersediaan Listrik di Teluk Gorontalo
ILUSTRASI. GTS Internasional. KONTAN/Baihaki/19/8/2021

Reporter: Siti Masitoh | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT. GTS Internasional Tbk. (GTSI) berhasil melakukan relokasi infrastruktur regasifikasi dari Teluk Amurang ke Teluk Gorontalo. Relokasi ditandai dengan telah berhasil transfer kargo pertama dengan proses Ship to Ship (STS) dari kapal LNGC TRIPUTRA ke FSRU Sulawesi, pada Sabtu (29/1).

Direktur Utama GTSI, Kemal Imam Santoso mengatakan, FSRU Gorontalo merupakan proyek critical dan strategis dalam menjaga supply pasokan listrik wilayah Gorontalo melalui power plant Maleo.

“FSRU unik karena storage-nya bergerak, secara operasional mudah dipindahkan dan efisien karena terapung serta environmental friendly. GTSI memastikan bahwa supply konstan, realiable dan tentu safety-nya terjaga,” tutur Kemal dalam keterangan resminya, Senin (31/1).

Kemal menyebut, proyek ini berawal dari rencana PLN yang akan membangun unit fasilitas regasifikasi gas terapung atau yang dikenal dengan Floating Storage Regasification Unit (FSRU) yang akan dibangun di kawasan Sumatera Bagian Utara, Muara Tawar Jakarta, dan juga Gorontalo. GTSI menangkap kesempatan dari PLN tersebut untuk bisa berkontribusi kepada energi bangsa melalui salah satu proyek tersebut yakni proyek Sulawasi Utara.

Baca Juga: Lanjutkan Ekspansi, GTSI Bidik Operasional FSRU Tahun 2023

Pada 2019 lalu, melalui FSRU Amurang bekerja sama dengan PT PLNGG, GTSI berhasil melaksanakan STS Transfer antara LMVPP Karadenis dan TRIPUTRA. Namun setelah Karadenis habis kontrak, maka untuk melanjutkan pembangkit listrik ini, dipindahkanlah ke Gorontalo.

“Pada kargo pertama ini Triputra membawa muatan dari Bontang lalu discharge ke FSRU dan melakukan regasifikasi yang kemudian disalurkan ke Power Plant PLTG Maleo yang menghasilkan listrik sebesar 100MW,” jelas Kemal.

GTSI mengakuisisi PT. Anoa Sulawesi Regas (ASR) yang anak usahanya PT Sulawesi Regas Satu merupakan pemegang proyek FSRU Sulawesi Utara. Saat ini, SRGS mempergunakan FSRU temporary yang bertinggi 8 (delapan) meter tersebut.

Sedangkan kapal Triputra, kapal dengan kapasitas angkut 22,500 m3 adalah kapal yang dimiliki oleh GTSI dan secara manajemen operasional dikelola oleh salah satu anak perusahaan yakni PT. Humolco LNG Indonesia.

Dengan berpindahnya FSRU tersebut dari wilayah Amurang ke Gorontalo, hal ini juga menunjukkan kemampuan teknis operasional GTSI untuk mobilisasi FSRU tersebut. GTSI telah siap sejak pertengahan bulan Januari 2022 dan terus berkordinasi dengan PLNGG. Kemitraan yang dibentuk sejak 2019 membuktikan bahwa kedua belah pihak adalah operator yang handal dan berpengalaman dalam pengelolaan LNG.

Proses Regasifikasi

FSRU pada dasarnya adalah sebuah kapal yang dilengkapi oleh peralatan yang mampu merubah LNG (Liquid Natural Gas/Gas Alam Cair) dari bentuk cair ke bentuk gas (Regasifikasi) untuk kemudian disalurkan ke konsumen melalui jaringan pipa gas.

FSRU menerima pasokan LNG dari LNG Carrier yang diangkut dari Terminal Penjual LNG menuju Terminal Pembeli LNG. Dalam proyek Gorontalo ini, TRIPUTRA adalah LNG Carrier yang mengantarkan LNG dari Bontang Terminal dan membongkar LNG pada kapal FSRU.

Baca Juga: GTS Internasional (GTSI) Proyeksikan Pendapatan Tahun 2022 Tumbuh Signifikan

Proses sandar antara kapal LNG degan FSRU ini disebut sebagai operasi ship-to-ship (STS) yang juga menjadi area pengembangan bisnis GTSI. FSRU melakukan proses regasifikasi unit untuk mengubah LNG cair dengan suhu -160oC menjadi gas LNG dengan suhu lebih dari +10oC. Kemudian FSRU mengalirkan gas LNG tersebut melalui pipa gas bawah laut ke pembangkit listrik, jaringan pipa gas transmisi atau menuju end user.

“Persiapan teknis menjadi perhatian dan penting, karakteristik kapal LNGC perlu penanganan khusus ketika melakukan transfer LNG, perlu perhitungan yang cermat,” kata Kemal.

Kapal-kapal di bawah naungan GTSI dikelola sesuai dengan peraturan International Maritime Organization (IMO), mengacu pada standar keselamatan internasional (International Safety Management (ISM) dan ISO 45001:2018), serta turut tersertifikasi ISO baik pada 9001 (Quality) juga 14001 (Environment).

Tidak hanya memastikan customer satisfaction, namun dalam menjalankan bisnisnya GTSI juga memperhatikan keandalan dalam kualitas, keamanan, keselamatan, Kesehatan serta lingkungan atau dikenal dalam QS-SHE Excellence.

Sejak 30 tahun lalu, GTSI beroperasi dalam salah satu rantai dari transformasi energi bersih di Indonesia yang dicanangkan oleh para Pemimpin Dunia, “Kami bangga menjadi bagian dari komitmen tersebut” imbuh Kemal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Release Terkini


2024 © Kontan.co.id A subsidiary of KG Media. All Rights Reserved