January
24
2018
     09:24

Perusahaan di Asean Menghadapi Risiko USD 750 Miliar dari Serangan Siber

Perusahaan di Asean Menghadapi Risiko USD 750 Miliar dari Serangan Siber

"Di Indonesia, kita telah melihat transformasi digital terjadi di berbagai sektor seperti layanan kesehatan, keuangan, dan ritel. Sektor-sektor tersebut juga termasuk sektor yang paling berisiko terkena serangan siber. Keberhasilan upaya digitalisasi negara ini sebagian besar tergantung pada kemampuannya untuk memerangi ancaman serangan siber. Sangat penting untuk para pemangku kepentingan bersatu dan membantu membangun kemampuan keamanan siber, termasuk mengembangkan generasi berikutnya dari profesional keamanan siber, memperkuat industri lokal keamanan siber, mendukung usaha R&D dan memfasilitasi pertukaran pengetahuan,” tambah Naveen.

 

Lanskap ancaman keamanan siber berkembang sangat cepat yang disebabkan beberapa faktor tambahan berikut:

 

Kemunculan teknologi-teknologi baru seperti Internet of Things (IoT)

· Titik akhir dalam sebuah jaringan IoT seringnya cenderung perangkat sederhana seperti gawai yang biasa dipakai di rumah, membuat para penyerang lebih mudah untuk membajak jaringan tersebut. Serangan IoT sudah menjadi hal yang lazim di Asia.

· Di tahun 2016, 60 persen dari semua serangan berbasis IoT berasal dari Asia, kemungkinan besar karena profil dari produk-produk di pasar Asia yang secara historis mudah diserang.

Trend global tentang kurangnya profesional yang memiliki kualifikasi dan keterampilan keamanan siber

· Sangat kurangnya keterampilan spesifik seperti analitik perilaku dan forensik digital.

· Kurangnya keahlian dalam sektor-sektor pendukung keamanan siber, seperti asuransi siber, dimana kerangka efektif dan pengetahuan diperlukan untuk secara akurat menaksir nilai yang berisiko.

Nikolai Dobberstein, Partner at A.T. Kearney and lead author of the report, mengatakan: "Seiring berubahnya lanskap teknologi dan munculnya ancaman baru, saat ini sangatlah penting bagi negara, pemerintah, dan sektor publik dan swasta untuk bergabung, berkolaborasi dan berbagi praktik terbaik. Keamanan siber adalah sesuatu yang memengaruhi kita semua, dan khususnya di ASEAN, di mana negara memiliki ikatan yang kuat antara satu sama lain. Seperti yang kita ketahui, kekuatan kita ditentukan oleh titik terlemah yang dimiliki."

Studi ini disampaikan melalui kombinasi wawancara di berbagai kalangan pembuat kebijakan dan pengambil keputusan perusahaan, diskusi pakar dan laporan analis. Untuk membaca whitepaper selengkapnya, silakan kunjungi: Cisco landing site: https://www.cisco.com/sg/atkreport

Tentang Cisco

Cisco (NASDAQ: CSCO) adalah pemimpin teknologi di seluruh dunia yang telah membuat Internet bisa bekerja sejak tahun 1984. Orang-orang, produk, dan mitra kami membantu masyarakat terhubung dengan aman dan memanfaatkan kesempatan digital masa depan di hari ini. Selengkapnya di www.cisco.com dan ikuti kami di Twitter di @Cisco.

Tentang A.T. Kearney

A.T. Kearney adalah perusahaan konsultan manajemen global terkemuka yang berkantor di 40 negara. Sejak 1926, kami telah dipercaya sebagai penasihat organisasi-organisasi terkemuka di dunia. A.T. Kearney adalah perusahaan milik mitra, berkomitmen untuk membantu klien mencapai dampak langsung dan keuntungan pada masalah mission-critical mereka. Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi www.atkearney.com.

CISCO & A.T. Kearney Media Briefing

Latar Belakang Umum

· Dengan Produk Domestik Bruto (PDB) lebih dari US$ 2,7 triliun, kawasan ASEAN merupakan pasar terbesar ketujuh di dunia dengan kekuatan ekonomi yang semakin diperhitungkan.

· Nominal PDB diperkirakan bisa tumbuh dengan Compound Annual Growth Rate (CAGR) sebesar 8,2 persen, melebihi US$ 4 triliun pada tahun 2022. Dengan populasi sebanyak 645 juta orang – atau lebih dari 100 juta orang dibanding Uni Eropa (EU) – ASEAN menjadi pasar ketiga dengan populasi terbesar di dunia.

· Walaupun ASEAN ketinggalan dibanding kawasan lainnya di dunia, kawasan ini memiliki potensi untuk menjadi bagian dari lima besar perekonomian digital pada tahun 2025. Dalam 10 tahun ke depan, perekonomian digital dapat memberikan tambahan sebesar US$ 1 triliun ke PDB kawasan ini.

· Negara-negara ASEAN berisiko terhadap serangan siber karena kontribusi yang signifikan dari Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di berbagai sektor yang paling berisiko.

· Index Intelijen Ancaman X-Force IBM telah mengutip sektor berikut sebagai sasaran serangan siber dalam beberapa tahun terakhir: kesehatan, manufaktur, layanan keuangan, pemerintah, transportasi dan ritel. Pada negara-negara yang menjadi bagian dari ASEAN-6, sektor-sektor ini memberikan kontribusi PDB paling banyak (rata-rata 70 persen).

Negara-negara ASEAN mengeluarkan dana yang sedikit untuk keamanan siber. ASEAN saat ini menghabiskan rata-rata 0,07 persen dari PDB kolektif untuk keamanan siber setiap tahunnya.

· Untuk menanggulangi kondisi kurangnya investasi, negara-negara ASEAN perlu meningkatkan pengeluaran mereka antara 0,35 dan 0,61 persen dari PDB antara tahun 2017 dan 2025, agar sejajar dengan Negara-negara terbaik di kelasnya. Ini berarti seluruh negara ASEAN harus menganggarkan pengeluaran kolektif sebesar USD 171 miliar selama periode tersebut.

· Biaya yang dikeluarkan tentunya tidak besar jika dibandingkan dengan tingkat kerugian yang mungkin terjadi dan fakta bahwa pemerintah di kawasan ASEAN mengeluarkan dana hingga 3,4 persen dari PDB untuk hal lain, termasuk pertahanan.

· Malaysia, Indonesia, dan Vietnam secara global merupakan sarang kegiatan Web mencurigakan yang telah diblokir – hingga 3,5 kali lebih besar dibanding rasio standar, yang menunjukkan bahwa negara-negara ini telah dimanfaatkan sebagai sumber serangan malware.

· Seperti misalnya, di Vietnam sebanyak 1,68 juta Internet Protocol (IP) telah diblokir dari Desember 2015 sampai dengan November 2016, dan negara tersebut berada di posisi kelima dalam peringkat teratas negara-negara sumber serangan terhadap perangkat IoT di tahun 2016. [1], [2]

· Peningkatan aktivitas perdagangan, arus kapital, dan keterhubungan siber di seluruh kawasan ASEAN memperlihatkan lanskap ancaman siber yang akan semakin kompleks di masa depan, dan semakin memperparah tantangan keamanan siber yang dihadapi kawasan ini, antara lain:

o Keterhubungan yang semakin berkembang akan membuat risiko sistemik semakin intens, sehingga titik lemah pada sistem akan menentukan kekuatan pertahahan kawasan ini secara keseluruhan

o Prioritas nasional yang tidak fokus dan perbedaan dalam tingkat kecepatan evolusi digital akan mendorong pola berkelanjutan kurangnya investasi yang dibutuhkan

o Terbatasnya upaya saling berbagi intelijen, seringkali karena saling ketidakpercayaan dan kurangnya transparansi akan semakin membuat mekanisme pertahanan siber mudah ditembus

o Evolusi teknologi yang bergerak cepat akan semakin menyulitkan pengawasan dan respon terhadap ancaman, khususnya akibat peningkatan penggunaan enkripsi, operasi multi-cloud, pengayaan Internet of Things (IoT) dan konvergensi Teknologi Operasi (TO) dan Teknologi Informasi (TI).

· Karena beberapa faktor ini, keamanan siber menjadi sebuah risiko yang besar. Sebanyak 1.000 perusahaan teratas di kawasan ASEAN bisa mengalami kerugian hingga US$ 750 miliar di tengah kapitalisasi pasar saat ini karena ancaman yang terus meningkat. Selain itu, kekhawatiran akan keamanan siber dapat menghambat agenda inovasi digital di kawasan ini – yang merupakan pilar utama dalam mencapai kesuksesan ekonomi digital.

 

Fakta Khusus Indonesia

 

· Tiga perekonomian teratas – Singapura, Malaysia, dan Indonesia – sangat mungkin mendorong sebagian besar dari pertumbuhan ini secara signifikan, mewakili 75 persen dari pasar ini pada tahun 2025. Indonesia, Filipina, Vietnam, dan Malaysia diperkirakan akan mengalami pertumbuhan tertinggi seiring dengan upaya mereka menindaklanjuti kelemahan dalam infrastrukturnya dan juga evolusi dari lanskap pengelolaan layanan yang ada.

 

Tata kelola dan kebijakan keamanan siber belum berkembang di wilayah ini. Strategi keamanan siber di tingkat nasional telah disusun oleh berbagai negara termasuk Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filipina. Beberapa negara juga telah membentuk badan nasional untuk mengkonsolidasikan dan mengkoordinasikan agenda keamanan siber. Contohnya Singapura (Cyber Security Agency of Singapore), Malaysia (CyberSecurity Malaysia), dan Filipina (Department of Information and Communications Technology).

 

· Indonesia telah mendirikan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), dan Thailand telah mengusulkan sebuah komite keamanan siber nasional.

Halaman   1 2 Show All

Release Terkini

No Release Found

Terpopuler


2024 © Kontan.co.id A subsidiary of KG Media. All Rights Reserved