December
13
2018
     16:26

Pertama di Indonesia, Industri Minuman Ringan Terapkan Teknologi HPP

Pertama di Indonesia, Industri Minuman Ringan Terapkan Teknologi HPP

“Produk Re.juve 100 persen segar karena terbuat darihampir 1 kg buah dan sayur per botol (bukan konsentrat), 100 persen murni tanpa air, gula, pemanis buatan, atau pengawet, dan 100persen alami karena menggunakan bahan mentah tanpa proses pemanasan,” papar Richard.

Potensi industri olahan buah

Pada kesempatan yang sama, Menperin mengemukakan, Indonesia sebagai negara tropis penghasil buah-buahan mempunyai potensi dalam pengembanganindustri olahanuntuk produk buah dalam kaleng, minuman sari buah, manisan buah, selai dan lain-lain. Untuk itu, diperlukan penerapan teknologi terkini agar dapat meningkatkan nilai tambah bahan baku dalam negeri dan produkberdaya saing tinggi.

“Konsumsi olahan buah masyarakat Indonesia yang masih rendah memiliki peluang besar untuk terus ditingkatkan seiring dengan meningkatnya kesadaran akan gaya hidup sehat dan meningkatnya penghasilan masyarakat,” ujarnya.Apalagi, Indonesia juga dikenal sebagai eksportir utama produk olahan buah di dunia utamanya nanas dalam kaleng.

Menperin menambahkan, pihaknya berkomitmen untuk membangun industri manufaktur nasional yang berdaya saing global melalui percepatan implementasi industri 4.0. Revolusi Industri 4.0 tidak hanya berpotensi luar biasa dalam merombak industri manufaktur, tetapi juga mengubah berbagai aspek kehidupan manusia.

“Kita telah melihat banyak negara, baik yang maju maupun berkembang, telah memasukkan gerakan inike dalam agenda nasional mereka sebagai salah satu cara untuk meningkatkan daya saing di pasarglobal. Oleh karena itu, kita telah meluncurkan Making Indonesia 4.0,” paparnya.

Salah satu target di dalam peta jalan terebut, yakni Indonesia menjadi pemain utama industri makanan dan minuman di dunia. “Fokus produk pada 3-5 tahun ke depan salah satunya adalah olahan buah dan sayuran dengan tujuan utama mengurangi ketergantungan impor bahan baku produk pertanian meningkatkan efisiensi di seluruh rantai nilai industri melalui penerapan industri 4.0,” jelas Airlangga.

Selain itu, dengan menguasai teknologi yang menjadi ciri khas era Industri 4.0, antara lain artificial intelligenceinternet of thingsbig dataadvanced robotics dan 3D printing. “Diharapkan, industri makanan dan minuman, mampu menjadi pengungkit dalam memacu pertumbuhan industri manufaktur nasional, termasuk menciptakan lapangan kerja,” imbuhnya.

Kemenperin mencatat, industri minuman mampu menunjukkan kinerja yang membanggakan, dengan pertumbuhan sebesar 10,19 persenpada periode Januari-Septembertahun 2018.Capaian ini jauh di atas pertumbuhan industri nasional yang mencapai 5,17% di periode yang sama.

Peran industri makanan dan minuman dalam perekonomian Indonesia juga sangat signifikan. Hal ini terlihat dari kontribusi sektor makanan dan minuman sebesar 35,73 persen terhadap PDB industri non-migas pada triwulan III tahun 2018.

Sementara itu, pertumbuhan ekspor periode Januari-September tahun 2018 untuk industri makanantumbuh sebesar 3,22 persen dan untuk industri minuman tumbuh sebesar 13,00 persen. Bahkan,industri makanan dan minuman mendominasi penyerapan tenaga kerja di sektor manufaktur, yaknisebanyak 3,3 juta orang atau sebesar 21,34 persen dari total pekerja di bidang industri.

Halaman   1 2 Show All

Release Terkini

No Release Found

Terpopuler


2024 © Kontan.co.id A subsidiary of KG Media. All Rights Reserved