March
10
2021
     15:00

Inovasi Berkelanjutan sebagai Upaya Menjawab Ketahanan Pangan di Tengah Pandemi

Inovasi Berkelanjutan sebagai Upaya Menjawab Ketahanan Pangan di Tengah Pandemi

Menginjak satu tahun pandemi Covid-19 sejak kasus pertama ditemukan di Indonesia membawa ingatan kembali akan fenomena panic buying yang sempat terjadi di beberapa tempat. Kondisi ini diperparah dengan adanya kegiatan impor yang terhambat karena kebijakan lockdown dan tentunya, masing-masing negara akan mengutamakan kebutuhan domestik terlebih dahulu. Dari fenomena ini, kita bisa melihat pentingnya upaya pemenuhan pangan dalam negeri demi menjawab ketahanan pangan melalui upaya berkelanjutan.

Mengacu data Ketahanan Pangan Indonesia, angka untuk negara Indonesia cenderung membaik. Pada tahun 2016, Indonesia masih berada di peringkat 71 dari 113 negara yang diobservasi dan di tahun 2020 alami peningkatan ke peringkat 65 (berdasarkan Global Food Security Index/GFSI). Namun demikian, laju peningkatannya belum maksimal seiring dengan kebutuhan yang terus meningkat, mengingat ketahanan pangan berlomba dengan pertumbuhan populasi.

Sebagai salah satu komponen yang mempengaruhi ketahanan pangan, peningkatan produktivitas pertanian akan sangat mendorong ketersediaan pasokan pangan dalam negeri. Di lapangan, seringkali petani menemukan berbagai tantangan untuk meningkatkan produktivitas, diantaranya terkait skala usaha, luas lahan garapan dan proses menanam yang belum ekonomis; situasi cuaca yang semakin tidak menentu; hingga harga jual hasil panen yang fluktuatif akibat permintaan pasar yang menurun. Berdasarkan salah satu indikator untuk melihat kesejahteraan petani dilihat dari angka nilai tukar petani (NTP), terjadi penurunan dalam satu tahun terakhir. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, meski berfluktuasi, NTP cenderung turun dari 104,16 bulan Januari tahun 2020 menjadi 103,26 pada Januari 2021.

Untuk menghadapi tantangan global seperti COVID-19, pengelolaan pertanian yang adaptif dan inovatif menjadi sangat penting dilakukan agar ketahanan pangan menjadi lebih baik dan tangguh. Apalagi dalam masa pandemi ini petani wajib dilindungi secara memadai. Beberapa hal yang bisa dilakukan antara lain berkolaborasi dengan offtaker, saling berbagi pengalaman, dan memanfaatkan teknologi dalam memenuhi kebutuhan primer berupa pangan. Seperti halnya yang dilakukan oleh produsen pupuk urea terbesar di Indonesia, Pupuk Kaltim.

"Meskipun ada sederet tantangan yang muncul di tengah pandemi, kita harus terus memunculkan berbagai kesempatan dan inovasi baru yang mampu mendukung ketahanan pangan nasional. Di Pupuk Kaltim, salah satu upaya yang kami lakukan dalam meningkatkan kesejahteraan petani dan meningkatkan produktivitas mereka adalah melalui program kami yang disebut Agro-Solution.

Dengan memperhatikan unsur masyarakat, lingkungan, dan ekonomi, kami senantiasa melakukan pendampingan intensif kepada petani & budidaya pertanian secara berkelanjutan untuk mendukung program ketahanan pangan nasional yang lebih baik," ungkap Direktur Utama Pupuk Kaltim Rahmad Pribadi.

Selain inovasi pemberdayaan petani yang dilakukan Pupuk Kaltim, berikut beberapa inovasi lain yang bisa diterapkan untuk mendukung ketahanan pangan sebuah negara:

Diversifikasi bahan pangan

Demi memastikan kebutuhan pangan masyarakat Indonesia tercukupi, diversifikasi menjadi hal yang patut diperhatikan. Diversifikasi pangan sendiri bertujuan mengantisipasi krisis, menyediakan pangan alternatif selain beras, menggerakkan ekonomi, dan mewujudkan sumber daya manusia yang sehat. Adanya diversifikasi bahkan dapat memperbaiki kualitas tanah dan mengurangi hama dan penyakit.

Optimalisasi lahan sawah melalui metode pertanian pola integrated farming

Halaman   1 2 Show All

Release Terkini

No Release Found

Terpopuler


2025 © Kontan.co.id A subsidiary of KG Media. All Rights Reserved