November
28
2017
     10:30

Indonesia Masuk Kategori Negara Industri

Indonesia Masuk Kategori Negara Industri

“Nilai bisnis industri e-commerce Indonesia mencapai USD12 miliar. Peluang ini yang perlu segera dimanfaatkan. Apalagi, saat ini dunia digital menjadi solusi bagi semua sektor, termasuk di industri kecil dan menengah,” ungkapnya.

Dalam kesempatan acara ini, Menteri Airlangga diangkat menjadi Warga Kehormatan Universitas Muhammadiyah Malang. Pada angkatan ke-86 ini, Universitas Muhammadiyah Malang mewisuda sebanyak 1.406 lulusan yang terdiri dari tingkat Diploma, Sarjana, dan Pascasarjana.

Daya saing unggul

Selanjutnya, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menegaskan bahwa pemerintah terus berupaya meningkatkan daya saing industri nasional agar mampu kompetitif di tingkat global. Untuk itu, berbagai kebijakan telah dikeluarkan guna memberikan kemudahan bagi para investor berusaha di Indonesia.

“Bapak Presiden Joko Widodo telah mengamanatkan kepada saya bahwa kita harus meningkatkan daya saing industri Indonesia,” ujarnya. Apalagi, aktivitas industri membawa efek yang luas bagi ekonomi nasional seperti peningkatan pada nilai tambah bahan baku dalam negeri, penyerapan tenaga kerja lokal, dan penerimaan devisa dari ekspor.

Menperin mengungkapkan, industri nasional saat ini memiliki posisi yang tidak bisa diremehkan, karena Indonesia termasuk dalam negara-negara produsen utama untuk beberapa produk unggulan yang telah mendunia. “Misalnya, produsen mi instan terbesar di dunia adalah perusahaan dari Indonesia, yaitu Indofood,” tuturnya.

Kemudian, mainan boneka merek Barbie yang sudah mendunia, mayoritas produksinya dari Indonesia. “Jadi, kalau enam dari 10 boneka yang beredar itu berasal dari Indonesia, karena saat ini kita adalah produsen Barbie terbesar di dunia atau telah mengungguli produksi China,” paparnya.

Di sektor otomotif, industri kendaraan di Indonesia juga menunjukkan kinerja yang menggembirakan. Kemajuan industri otomotif nasional telah diapresiasi di seluruh dunia. “Contohnya mobil Calya dan Sigra itu dari mulai desain dan proses produksi, seluruhnya melibatkan putra-putri Indonesia dengan tingkat kandungan dalam negeri yang mencapai 94 persen,” ungkapnya.

Dengan kemampuan tersebut, beberapa produsen besar dunia seperti Daihatsu dan Toyota telah menegaskan bahwa Indonesia akan menjadi basis produksi industri utama mereka baik untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik maupun ekspor.

Lebih lanjut, di sektor industri Agro, Indonesia punya kekuatan yang cukup besar di industri kelapa sawit serta industri pulp dan kertas. Indonesia adalah produsen nomor satu di dunia untuk minyak kelapa sawit serta nomor enam untuk penghasil pulp dan kertas. “Oleh karena itu, ke depannya kami akan terus mendorong agar hilirisasi Industri di sektor ini dapat terus berjalan,” kata Airlangga.

Menperin menambahkan, daya saing industri logam dasar di Indonesia juga terus meningkat, salah satunya dibuktikan oleh kabupaten dengan pertumbuhan ekonomi paling tinggi di Indonesia, yaitu Morowali, Sulawasi Tengah. Di kabupaten ini berdiri kawasan industri Morowali yang menjadi basis industri smelter nikel.

“Dengan alamnya yang kaya akan nikel, kami terus dorong Morowali untuk program hilirisasi industri pengolahan nikel,” ujarnya. Saat ini, kabupaten tersebut telah menjadi produsen stainless steel dengan kapasitas sebesar dua juta ton pada tahun ini dan diharapkan pada tahun mendatang dapat mencapai tiga juta ton.

SDM sebagai fondasi

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menjelaskan, daya saing Indonesia membutuhkan fondasi yang kokoh pada sisi sumber daya manusia (SDM). Langkah ini menjadi salah satu fokus Presiden Joko Widodo, termasuk dalam upaya mendorong pemerataan pembangunan dan ekonomi nasional.

“Guna memacu kualitas SDM industri, Kementerian Perindustrian telah melaksanakan melalui dua program, yaitu link and match SMK dan industri serta pelatihan 3in1,” ucapnya. Model ini diadopsi dari penerapan dual system di Jerman dan Swiss.

Oleh karena itu, Menperin menilai peran perguruan tinggi sangat penting untuk mendukung fondasi dalam penguatan daya saing Indonesia. “Karena perguruan tinggi memiliki tanggung jawab untuk mencetak generasi yang unggul dan berdaya saing serta mampu menjawab tantangan global saat ini,” terangnya.

Selanjutnya, mengenai kesiapan Indonesia menghadapi revolusi industri keempat atau Industry 4.0, Menperin mengajak kepada seluruh pelaku industri dalam negeri agar memanfaatkan teknologi terkini untuk mendukung produksinya.

“Revolusi industri keempat adalah di mana internet menjadi bagian integral dari proses di industri,” jelasnya. Industry 4.0 ini memiliki peluang besar untuk dikembangkan di Indonesia karena punya banyak potensi, antara lain jumlah pengguna internet dan telepon seluler, jumlah universitas, permintaan domestik, serta kontribusi manufaktur yang sangat besar.

“Revolusi industri keempat ini sangat erat kaitannya dengan otomatisasi. Saat ini, sudah mulai diterapkan di Indonesia khususnya di industri makanan dan minuman serta industri otomotif. Akan menyusul di industri semen dan permesinan,” paparnya.

Bahkan, pelaku industri kecil dan menengah (IKM) Indonesia juga telah bertransformasi untuk menghadapi era digital tersebut dengan bergabung ke program yang diinisiasi oleh Kemenperin, yaitu e-Smart IKM. “Program ini telah melibatkan lebih dari 1300 pengusaha dan kami targetkan akan mencapai 10.000 pengusaha pada tahun 2019,” ungkapnya.

Dengan upaya penyiapan tersebut, Menperin mendorong universitas di Indonesia termasuk Universitas Muhammadiyah Malang dapat menjadi pusat inovasi untuk mendukung sektor industri. “Kami merasa bangga dan mengapresiasi kepada Tim Robot Universitas Muhammadiyah Malang yang menjuarai kontes robot internasional dalam Trinity College Fire Fighting Home Robot Contest (TCFFHRC),” ujar Airlangga. Prestasi ini diharapkan menjadi fondasi untuk membangun pusat inovasi robotik di Indonesia.

Halaman   1 2 Show All

Release Terkini

No Release Found

Terpopuler


2025 © Kontan.co.id A subsidiary of KG Media. All Rights Reserved