October
08
2021
     19:01

Dari Program Pendampingan PPEI, Ribuan Petani Yogya Ekspor Salak Pondoh ke Kamboja Senilai USD 15 Ribu

Dari Program Pendampingan PPEI, Ribuan Petani Yogya Ekspor Salak Pondoh ke Kamboja Senilai USD 15 Ribu

Yogyakarta, 7 Oktober 2021 – Kegiatan ekspor makin hari terus meningkat. Buah-buahan tropis juga diminati banyak negara di dunia, terutama ASEAN. Peningkatan ekspor diyakini dapat mempercepat pemulihan ekonomi nasional. Kementerian Perdagangan terus melakukan berbagai terobosan agar kegiatan ekspor makin meroket.

Kali ini, ribuan petani salak pondoh asal Yogyakarta diajak bekerja sama untuk mengekspor hasil panennya ke Kamboja. Kegiatan ini diinisiasi Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Ekspor Indonesia (PPEI) Kementerian Perdagangan bersama PT Serena Sejahtera. Perusahaan ini merupakan peserta program pendampingan eksportir (export coaching program/ECP) 2021 untuk wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.

Pelepasan ekspor produk salak pondoh asal kabupaten Sleman, Yogyakarta, dilaksanakan Kamis (7/10) lalu. Ekspor salah pondoh ke Kamboja sebanyak enam ton ini bernilai sebesar USD 15 ribu. Sebanyak 1.200 petani terlibat dalam rantai ekspor ini.

“Produk-produk Indonesia, khususnya salak pondoh asal Yogyakarta sekarang mulai diminati di luar negeri. Hal ini tentu menjadi peluang bagi kita untuk terus menggenjot ekspor produk Indonesia ke luar negeri,” ujar Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Didi Sumedi di tempat terpisah.

Didi mengungkapkan, sesuai dengan prediksi International Monetary Fund (IMF), pertumbuhan ekonomi global pada 2021 diperkirakan memberikan sinyal positif atau tumbuh sebesar 5,5 persen dibandingkan tahun 2020. Beberapa negara tujuan ekspor Indonesia saat ini yang sudah mengalami pertumbuhan ekonomi yang semakin baik, diantaranya Tiongkok, Amerika Serikat, dan negara lainnya.

Menurut Didi, momentum pemulihan ekonomi menjadi faktor penting yang mendukung keberhasilan pelaku usaha menembus pasar ekspor. Hal ini ditandai dengan meningkatkan permintaan di pasar tujuan ekspor. Para pelaku usaha Indonesia diharapkan harus dapat lebih memanfaatkan peluang tersebut.

“Kami berterima kasih kepada para peserta ECP dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan DIY yang telah mendukung terlaksananya kegiatan ekspor salak pondoh ke Kamboja. Sebagaimana arahan Menteri Perdagangan, kami akan terus mendampingi dan membantu memberikan fasilitasi kepada para pelaku usaha potensial untuk mendorong usaha kecil dan menengah (UKM) siap masuk ke pasar internasional dan menjadi pelaku perdagangan global,” kata Didi.

Kepala Balai Besar PPEI Heryono Hadi Prasetyo menambahkan, program ECP untuk wilayah Yogyakarta telah memasuki tahap ketiga yaitu market development dari delapan tahapan pendampingan. Sebelumnya, para peserta ECP telah diberikan pendampingan mengenai kesiapan dokumen ekspor, hal-hal yang disiapkan Ketika bernegosiasi dengan calon pembeli, pengetahuan tentang kepabeanan dan pengiriman barang ekspor, kalkulasi harga ekspor, serta sistem pembayaran ekspor.

“Tahun ini, program ECP dilaksanakan di 10 kota, yaitu Semarang, Surabaya, Bandung, Bandar Lampung, Jakarta, Yogyakarta, Banda Aceh, Serang, Samarinda, dan Makassar. Jumlah pelaku usaha yang mendapatkan pendampingan di setiap wilayah berjumlah 30 pelaku usaha,” imbuh Heryono.

Heryono menjelaskan, ECP ditujukan bagi para pelaku usaha yang sebelumnya telah mendaftarkan diri dan memenuhi kriteria untuk mengikuti program pendampingan ekspor. Para peserta yang telah lolos verifikasi akan memperoleh pengetahuan ekspor secara komprehensif dan memiliki kesempatan menjalin relasi dalam perdagangan internasional.

Halaman   1 2 Show All

Release Terkini

No Release Found


2024 © Kontan.co.id A subsidiary of KG Media. All Rights Reserved