June
08
2021
     14:48

Bagaimana Reverse Mentoring Dapat Menghilangkan Ageisme di Tempat Kerja

Bagaimana Reverse Mentoring Dapat Menghilangkan Ageisme di Tempat Kerja

Jakarta, 8 Juni 2021  – Kebanyakan dari kita sudah akrab dengan konsep mentoring. Mentoring biasanya dilakukan oleh karyawan yang lebih senior yang ditugaskan untuk membimbing rekan kerjanya yang lebih junior. Namun, bagaimana jika kami memberi tahu Anda bahwa hal ini dapat terjadi sebaliknya?

Masa di mana senioritas dianggap sebagai superioritas telah berlalu. Saat ini dunia yang serba cepat telah menghasilkan semakin banyak generasi milenial yang menjadi bagian dari sebuah tempat kerja.

Generasi milenial saat ini mendominasi populasi penduduk di Indonesia. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2020 oleh Badan Pusat Statistik (BPS), diproyeksikan terdapat 179,1 juta jiwa pada tahun 2020 dan generasi milenial (usia 21-36) menyumbang kurang lebih 63,5 juta jiwa. Milenial yang lahir antara tahun 1981-1996 merupakan 25,87% dari total populasi atau setara dengan 69,38 juta jiwa. Hal ini menjadikan generasi milenial sebagai roda penggerak yang signifikan bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia.[i]

Generasi milenial biasanya memiliki karakter yang fleksibel, mudah beradaptasi, dan tech-savvy (melek teknologi), kaum milenial juga menawarkan banyak hal dalam lingkungan kerja, sehingga generasi yang lebih tua harus banyak belajar dari generasi muda.

Maka dari itu, banyak perusahaan seperti 3M, yang menjadikan kaum milenial sebagai pendamping maupun mentor bagi para pemimpin senior. Hal inilah yang kemudian disebut dengan reverse mentoring. Terdapat beberapa manfaat dari program ini, beberapa diantaranya adalah memberikan menanamkan perspektif yang lebih kritis mengenai pemikiran strategis, kepemimpinan, pola pikir, dan nilai-nilai di tempat kerja.

Generasi milenial juga dapat memberikan masukan kepada para pemimpin mengenai pemikiran kaum yang lebih muda, dan memberikan kesempatan kepada para pemimpin untuk lebih memahami nilai, prioritas serta motivasi, bagaimana kaum muda ingin diperlakukan, dan bagaimana mengoptimalkan bakat mereka untuk meningkatkan keterlibatan serta retensi, yang pada akhirnya membangun jembatan antar generasi.

Hal ini dapat mempermudah dalam menghadapi ageisme (diskriminasi usia) di tempat kerja secara langsung, dengan mengajak generasi muda dan tua untuk berbagi perspektif mereka, menumbuhkan pemahaman yang lebih baik, serta menghilangkan mitos.

Bagaimana seorang pemimpin mendapatkan manfaat: Menjembatani kesenjangan generasi

Di tengah pandemi COVID-19 yang memerlukan digitalisasi pekerjaan dengan cepat, berpasangan dengan kolega kerja yang lebih muda tentu akan membantu menyongsong era baru yakni era komunikasi digital, terutama di dunia kerja jarak jauh.

Salah satu hal pertama yang diajarkan oleh mentor saya yang lebih muda, Hetty, adalah bagaimana generasi muda memandang komunikasi digital dan media sosial. Sebelumnya saya tidak mengetahui bahwa media sosial seperti Facebook dan Instagram dipersepsikan sebagai ruang pribadi. Melalui sharing yang diberikan oleh Hetty, saya dapat memahami konsep ini dan melihatnya dari perspektif yang berbeda.

Halaman   1 2 Show All

Release Terkini

No Release Found

Terpopuler


2024 © Kontan.co.id A subsidiary of KG Media. All Rights Reserved