April
29
2024
     15:19

Strategi Pengembangan Perkebunan Kelapa Sawit yang Berkelanjutan

Strategi Pengembangan Perkebunan Kelapa Sawit yang Berkelanjutan
ILUSTRASI. Yayasan Bentang Merah Putih bekerjasama dengan LBPDPKS dan Lembaga Ketahanan Nasional RI (Lemhanas). Seminar Group Diskusi berlangsung di Gedung Dwiwarna, Lemhanas, Gambir, Jakarta Pusat menggelar seminar Strategi Pengembangan Perkebunan Kelapa Sawit yang Berkelanjutan Guna Meningkatkan Kredit Karbon dan Mengurangi Emisi Gas Rumah Kaca.

Sumber: Pressrelease.id | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - Pada hari ini, Senin, 29 April 2024 diselenggarakan Seminar Group Diskusi (SGD) yang bertajuk “Strategi Pengembangan Perkebunan Kelapa Sawit yang Berkelanjutan Guna Meningkatkan Kredit Karbon dan Mengurangi Emisi Gas Rumah Kaca.”  Acara ini diselenggarakan oleh Yayasan Bentang Merah Putih bekerjasama dengan LBPDPKS dan Lembaga Ketahanan Nasional RI (Lemhanas). Seminar Group Diskusi berlangsung di Gedung Dwiwarna, Lemhanas, Gambir, Jakarta Pusat. 

Acara dibuka oleh Letjen TNI Eko Margiyono, M.A., Wakil Gubernur Lemhanas RI  yang menyatakan bahwa kelapa sawit adalah bagian dari penyangga ekonomi Indonesia. Untuk itu penting mendukung pengembangan perkebunan kelapa sawit yang berkelanjutan demi meningkatkan kredit karbon dan meminimalkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK). Sehingga Seminar Group Diskusi (SGD) ini menjadi sangat penting karena berkontribusi terhadap ketahanan nasional khususnya pada bidang ekonomi.

Seminar Group Diskusi (SGD) menghadirkan banyak narasumber ahli diantaranya adalah::  
1. Prof. Dr. Ir. Reni Mayerni.M.P., Deputi Pengkajian Strategik Lemhanas RI
2. Dr. Ir. Musdalifah Machmud M.T., Staff Ahli Bidang Konektivitas, Pengembangan Jasa dan Sumber Daya Alam
3. Dr Ir. Ruandha Agung Sugardiman, M.Sc., Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI
4. Prof Dr Ari D Pasek MSc., Head of Energy Conversion Research Group Thermodynamics Laboratory pada Energy Conversion Research Group ITB
5. Prof. Rizaldy Boer, Direktur Pusat Pengelolaan, Peluang dan Resiko Iklim Kawasan Asia Tenggara dan Pasifik – IPB
6. Triana Meinarsih, Kepala Divisi Pendidikan SDM, Litbang dan Pengembangan Sarpras – BPDPKS Kementerian Keuangan

Untuk penanggap akan hadir Dr. Basuki Sumawinata (Pusat Study Sawit Institute Pertanian Bogor), Dr Bandung Sahari  (GAPKI) dan Dr. Istiana Maftuchah (Deputi Direktur Pengawasan Bursa Karbon).  Sebagai moderator hadir Yohana Elizabeth Hardjadinata (Ketua Yayasan Bentang Merah Putih), Prof. Dr. Telisa Aulia Falianty, SE., ME., (Pengukuhan Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia) dan Frans Nickolas.

Pada SGD ini, Prof. Dr. Ir. Reni Mayerni.M.P., menyampaikan ada 7 rekomendasi praktik perkebunan kelapa sawit berkelanjutan dalam rangka meningkatkan kredit karbon dan mengurangi emisi GRK, yakni:
1.    Peningkatan ketersediaan lahan untuk menunjang keberlanjutan kelapa sawit.
2.    Peningkatan penelitian & penggunaan teknologi inovasi di sector sawit guna mengurangi emisi karbon.
3.    Peningkatan daya saing kelapa sawit melalui strategi branding.
4.    Peningkatan penguasaan dan pengelolaan data karbon-sawit.
5.    Peningkatan efektivitas pengawasan, pengedalian, dan penegakan hokum pada kelapa sawit dan pelestarian lingkungan.
6.    Peningkatan kesejahteraan masyarakat.
7.     Peningkatan kerjasama antar Lembaga untuk meningkatkan daya saing kelapa sawit.

Sementara Yohana E. Hardjadinata, Ketua Yayasan Bentang Merah Putih, yang bertindak sebagai penyelenggara acara berharap SGD ini banyak memberikan pengetahuan yang bermanfaat untuk pembuatan film dengan judul Story About Us : Palm’s Love. Film dengan latar belakang kehidupan di perkebunan kelapa sawit ini bertujuan sebagai soft diplomacy sawit Indonesia untuk dunia dan peran sawit dalam karbon trade dan emisi gas rumah kaca.

Indonesia berkontribusi sebagai penghasil emisi gas rumah kaca terbesar ketiga di dunia. Selain juga dikenal sebagai negara penghasil kelapa sawit terbesar. Untuk itu, Indonesia pun diyakini memiliki peran signifikan dalam manajemen emisi karbon dioksida global. Namun, ada perdebatan mengenai apakah perkebunan kelapa sawit dapat benar-benar mengurangi atau justru meningkatkan emisi karbon dioksida.

Pasalnya, perkebunan kelapa sawit memiliki potensi untuk meningkatkan emisi gas rumah kaca (GRK). Karena, lebih dari 80 persen pengundulan hutan berhubungan dengan pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit. Tindakan ini tentunya memberikan dampak signifikan terhadap iklim global.

Untuk itu, pentingnya melakukan pendekatan pengembangan perkebunan kelapa sawit berkelanjutan agar dapat menjadi solusi penting untuk meminimalkan emisi GRK dan meningkatkan kredit karbon. Pendekatan ini mengoptimalkan produksi kelapa sawit dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan dan sosial. Oleh karena itu, perlunya dilakukan kajian tentang strategi pengembangan perkebunan kelapa sawit yang berkelanjutan untuk meningkatkan penerimaan kredit karbon dan mengurangi emisi GRK.

Harapannya dengan menerapkan strategi pengembangan perkebunan kelapa sawit yang berkelanjutan di lahan yang terdegradasi, Indonesia dapat mencapai kesejahteraan rendah karbon, menjaga hutan hujan tropis yang kaya akan keanekaragaman hayati dan cadangan karbon, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal. Ini juga menjadi bagian dari upaya global untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan mengatasi dampak perubahan iklim.

Baca Juga: Apkasindo Dorong Skema Kemitraan Untuk Pabrik Kelapa Sawit Tanpa Kebun

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Release Terkini


2024 © Kontan.co.id A subsidiary of KG Media. All Rights Reserved