March
30
2024
     17:02

Mirae Asset:Pasar Obligasi Stabil Hingga Semester II, Saat Trading SBN Jangka Pendek

Mirae Asset:Pasar Obligasi Stabil Hingga Semester II, Saat Trading SBN Jangka Pendek
ILUSTRASI. Rully Arya Wisnubroto, Chief Economist Mirae Asset, mengatakan keyakinan terhadap pasar obligasi tersebut tidak terlepas dari kondisi ekonomi Indonesia yang masih cukup tahan banting (resilient), meski di tengah situasi yang penuh dengan tantangan dan ketidakpastian.

Sumber: Pressrelease.id | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID -  PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia memprediksi harga pasar Surat Berharga Negara (SBN/obligasi pemerintah) tenor menengah-pendek (2 tahun-5 tahun) dapat menguat dalam waktu dekat ketika kondisi di pasar surat utang masih cukup fluktuatif seperti sekarang.

Karinska Bella Priyatno, Fixed Income Analyst Mirae Asset, mengatakan harga SBN tenor pendek diprediksi masih akan berfluktuasi dengan tingkat imbal hasil (yield) pada level 6,2%-6,35%, sehingga pelaku pasar dapat memanfaatkan fluktuasi tersebut untuk mendulang keuntungan.

“Hingga akhir kuartal pertama tahun ini, terlihat bahwa pasar lebih fokus pada seri tenor menengah dan pendek, terutama seri-seri FR0101, FR0100, PBS030, PBS032, SPN, dan SPSN,” ujar Bella dalam Media Day March 2024, hari ini, 27 Maret 2024.

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield menjadi acuan keuntungan investor di pasar surat utang dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.

Sejak awal tahun, dia mengatakan instrumen fixed income tenor menengah-pendek memang masih menjadi pilihan utama pelaku pasar. Pemilihan tenor menengah-pendek itu, lanjutnya, untuk memanfaatkan volatilitas pasar yang terjadi karena tenor menengah-pendek lebih sensitif dan fluktuatif dibandingkan dengan tenor yang lebih panjang.

Saat ini, Bella mengatakan investor juga lebih memilih instrumen obligasi tenor pendek dan memanfaatkan jadwal jatuh tempo yang sudah dekat sehingga risiko pelaju pasar lebih terjaga.

Dia mengatakan pada dasarnya fluktuasi pasar instrumen pendapatan tetap (fixed income) saat ini masih sangat tergantung dari data makroekonomi khususnya dari AS. Namun, kemungkinan turunnya suku bunga acuan global dan domestik masih menjadi tema besar tahun ini.

Menurut dia, suku bunga global masih tinggi tetap tidak menurunkan daya tarik dari SBN karena tingkat imbal hasil (yield) real dari SBN Indonesia tenor 10 tahun yang berada di kisaran 3,9% masih cukup menarik.

Menurut dia, faktor utamanya adalah inflasi yang terjaga pada 2,75% pada Februari. Real yield tersebut, lanjutnya, masih lebih tinggi dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia, China, dan India. Saat ini selisih (spread) antara SBN tenor 10 tahun dengan Obligasi AS (US Treasury) tenor 10 tahun sudah menyempit, sebesar 236 basis poin (bps). Besaran 100 bps setara dengan 1%.

Sempitnya selisih yield kedua instrumen itu menunjukkan pelaku pasar cukup prudent terhadap obligasi asal Indonesia dibanding negara-negara lain. Tenor 10 tahun adalah salah satu tenor acuan untuk pasar obligasi bersama dengan tenor 5 tahun, 15 tahun, dan 20 tahun.

“Harga obligasi pemerintah tenor 10 tahun bisa naik, sehingga yield saat ini yang ada di 6,5%-6,7%, nanti untuk akhir semester II/2024 akan bisa turun ke 6%.”

Rully Arya Wisnubroto, Chief Economist Mirae Asset, mengatakan keyakinan terhadap pasar obligasi tersebut tidak terlepas dari kondisi ekonomi Indonesia yang masih cukup tahan banting (resilient), meski di tengah situasi yang penuh dengan tantangan dan ketidakpastian.

Dia mengatakan beberapa tantangan ke depan adalah suku bunga yang masih tinggi dan ada tren inflasi pangan disebabkan oleh kenaikan harga-harga bahan pokok.

Dalam Media Day tersebut, turut hadir Nita Amalia, Head of Fixed Income, bersama dengan Rizkia Darmawan, Research Analyst.

Tentang PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia

PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia tergabung ke dalam salah satu kelompok usaha jasa keuangan non-bank global yaitu Mirae Asset Financial Group yang memiliki dana kelolaan sekitar US$550 miliar (setara Rp 8.000 triliun) pada akhir tahun lalu.

Perusahaan merupakan salah satu perusahaan efek terbesar dan terbaik di Indonesia dan menjadi anggota bursa teraktif di pasar saham karena volume dan frekuensi perdagangan saham serta efek ekuitas nasabah perusahaan merupakan salah satu yang terbesar pada periode 2021, 2022, dan 2023.

Nilai modal kerja bersih disesuaikan (MKBD) juga menunjukkan sehatnya operasional perusahaan dan menjadi salah satu yang terbesar. MKBD Mirae Asset masih stabil di kisaran angka Rp1,4 triliun dalam setahun terakhir. Angka tersebut jauh di atas ketentuan minimal yang ditetapkan oleh peraturan dan perundang-undangan untuk perusahaan efek, yaitu Rp25 miliar, beserta ketentuan lain.

Perusahaan sebelumnya bernama PT Daewoo Securities Indonesia sejak 2013. Setelah beberapa kali pergantian pemilik, pada 2016 namanya menjadi Mirae Asset Sekuritas Indonesia hingga sekarang.

Baca Juga: Mirae Asset Ramal Pasar SBN Akan Menguat dalam Waktu Dekat, Ini Sentimennya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Release Terkini


2024 © Kontan.co.id A subsidiary of KG Media. All Rights Reserved