February
10
2022
     15:32

Membenahi Sampah di Destinasi Wisata, Agar Para Turis Bertambah Betah

Membenahi Sampah di Destinasi Wisata, Agar Para Turis Bertambah Betah
ILUSTRASI. Relawan membersihkan sampah yang berserakan saat mengikuti aksi bersih sampah di Pantai Kuta, Badung, Bali, Rabu (6/1/2021). K ANTARA FOTO/Fikri Yusuf/aww.

Reporter: Ahmad Febrian | Editor: Ahmad Febrian

KONTAN.CO.ID - JAKARTA.  Hasil survei Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menggandeng komunitas mahasiswa pecinta alam pada tahun 2016 di delapan destinasi wisata Taman Nasional di Indonesia menunjukkan, terdapat 453 ton sampah yang dihasilkan oleh 150.688 orang pengunjung setiap tahunnya. Sebanyak 53% merupakan sampah plastik yang sulit terurai.

Pada 2018, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mencatat penemuan sampah laut di 18 lokasi di seluruh Indonesia. Berjumlah 0,27 juta ton – 0,59 juta ton per tahun.

Survei dan data di atas menggambarkan permasalahan sampah yang perlu ditangani bersama untuk mempertahankan keberlangsungan destinasi wisata. Mengingat pariwisata merupakan sektor prioritas pendorong kemajuan ekonomi nasional yang siap bangkit pasca pandemi.

Kebangkitan sektor pariwisata pasca pandemi diharapkan dapat menjadi momentum mendorong penerapan konsep sustainable tourism atau pariwisata berkelanjutan.

Koordinator Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan Kemenparekraf, M. Tidar Hetsaputra mengungkapkan, sampah itu tak peduli ada Covid  atau tidak. Sampah akan tetap datang.

Contohnya sebelum COVID, Kuta Bali termasuk yang pariwisatanya tinggi. Selama COVID, jadi drop. “Tapi sampahnya tetap ada. Di Februari saja sampahnya bisa berton-ton di pantai. Dan itu bukan dibawa oleh wisatawan. Tapi siklus angin barat,” kata Tidar, dalam rilis yang diterima Kontan.co.id, awal pekan ini. 

Kepopuleran area wisata berbanding lurus dengan produksi sampah. Banyaknya sampah ini menimbulkan dampak jangka panjang lainnya yang harus diwaspadai. Yaitu emisi karbon.

“Industri pariwisata berkontribusi sebanyak 8% ke emisi global. Porsi terbesarnya adalah transportasi (di area wisata) sebanyak 49%. Setelah itu sampah yang dihasilkan dari goods, food & beverage dan agriculture (di area wisata),” ungkap Founder Bumi Journey, Jessica Novia.

Waste4Change juga terus mendorong penerapan sustainable tourism di Indonesia melalui pengelolaan sampah di destinasi wisata. Saat ini Waste4Change melakukan pendampingan community development dengan salah satu desa wisata di Yogyakarta, Desa Pentingsari.

"Kami berusaha mendukung dan melibatkan masyarakat lokal dalam menciptakan sistem pengelolaan sampah yang bertanggung jawab di area mereka.” ujar Tantin Yasmine, Senior Campaign Executive Waste4Change.

Penanganan isu persampahan di destinasi wisata menjadi tanggung jawab bersama. Kolaborasi pemerintah, pelaku pariwisata, pengelola persampahan, wisatawan, dan masyarakat lokal perlu terus digalakkan. Ini untuk mengendalikan pemulihan industri pariwisata pasca pandemi agar tetap bersih dari sampah dan minim emisi global.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Release Terkini


2024 © Kontan.co.id A subsidiary of KG Media. All Rights Reserved