Literasi Digital Sektor Pendidikan bagi Dosen, Mahasiswa & Pendidik di Provinsi Aceh
Sumber: Pressrelease.id | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry menyelenggarakan Literasi Digital Sektor Pendidikan pada Selasa, 14 Maret 2023 secara luring di Aula Auditorium UIN Ar-Raniry, Kota Banda Aceh.
Acara diikuti lebih dari 650 peserta yang hadir secara langsung dari beberapa program studi dalam lingkungan UIN Ar-Raniry yang telah menjalin kerja sama dalam kegiatan literasi digital, serta beberapa stakeholder.
Tujuan kegiatan ini adalah untuk melakukan sosialisasi program Literasi Digital Sektor Pendidikan terutama pada Perguruan Tinggi dan menambah kerja sama serta kolaborasi program dalam pemberdayaan masyarakat.
Survei Indeks Literasi Digital Nasional yang dilakukan oleh Kemenkominfo dan Katadata Insight Center (KIC) pada tahun 2022 lalu yang menunjukkan bahwa kapasitas Literasi Digital masyarakat Indonesia dinilai sebesar 3.54 dari 5.00, yaitu di kategori “sedang”.
Merespon hal tersebut, Kemenkominfo berkolaborasi dengan sejumlah lembaga pendidikan dan sekolah-sekolah di Indonesia untuk meliterasi masyarakat tentang materi yang didasarkan pada 4 pilar utama literasi digital, yaitu kecakapan digital, etika digital, budaya digital, dan keamanan digital.
Acara dibuka dengan sambutan dari Wakil Rektor II UIN Ar-Raniry, Prof. Dr. Khairuddin, M.Ag yang menyampaikan bahwa digitalisasi telah menjadi kebutuhan bagi semua orang.
“Berbicara tentang digitalisasi, kebutuhan ini bukanlah sesuatu yang dharuriyat, tetapi kalau kita tidak mengikutinya maka kita akan tertinggal. Menghadapi tantangan abad modern, setiap orang kini harus membekali dirinya dengan pengetahuan yang memadai, diiringi dengan kecakapan literasi digital serta penguasaan terhadap TIK,” tegasnya.
Khairuddin juga menegaskan bahwa literasi digital tersebut berkaitan erat dengan dunia pendidikan. “Begitu pentingnya literasi digital dewasa ini, mengharuskan kecakapan literasi digital ditanamkan pada masyarakat melalui dunia pendidikan, karena generasi muda merupakan pengguna teknologi digital yang sangat aktif.
Posisi peserta didik sebagai pengguna teknologi pun memerlukan kecakapan atau keterampilan tersendiri yang ditunjang dengan pondasi literasi yang kokoh agar dapat berkembang sesuai dengan tujuan pembelajaran,” tuturnya.
Sambutan dari Khairuddin sekaligus menutup sesi pembukaan dan dilanjutkan dengan penyerahan plakat serta foto bersama semua panelis. Sesi berikutnya merupakan pemaparan materi yang dibawakan oleh para panelis yang hadir.
Ketua Tim Literasi Digital Sektor Pendidikan, Bambang Tri Santoso menyampaikan materi mengenai urgensi toleransi di ruang digital pada sesi berikutnya. Menurut Bambang, toleransi menjadi hal yang difokuskan Kemenkominfo untuk membentuk ruang digital yang sehat dan ramah.
“Selain menyediakan atau membangun infrastruktur internet, Kemenkominfo juga berusaha membangun lingkungan yang ramah agar aktivitas digital berjalan dengan baik. Oleh karena itu, membangun rasa toleransi merupakan hal yang sangat kami usahakan saat ini melalui literasi digital,” tuturnya.
Bambang juga menekankan bahwa kondisi toleransi yang rendah menyebabkan munculnya penyakit digital seperti hate speech, cyberbullying, dan juga penyebaran hoaks. “Ingat internet dan sosial media adalah ranah publik yang dapat dilihat oleh semua orang, kebanyakan netizen menganggap dunia siber berbeda dengan dunia nyata, jadi tidak perlu etika disana.
Padahal ketika di dunia maya dan nyata sama halnya kemudian juga sama juga halnya di ranah hukum. Oleh karena itu, Biasakan Tabayyun sebelum menyebarkan informasi ataupun berkomunikasi di ruang digital,” jelasnya.
Sesi dilanjutkan dengan pemaparan dari Dekan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Ar-Raniry, Dr. Ir. Dirhamsyah, M.T., IPU. Dalam materinya mengenai peluang dan tantangan dalam transformasi digital pada perguruan tinggi, Dirhamsyah menyebut bahwa “Sebagai user (pengguna), literasi digital, Islam dan kita harus bisa diwujudkan dalam satu kesatuan yang utuh.
Bahwa memahami dan memaknai 4 pilar literasi digital dapat mengacu kepada petunjuk dan pedoman yang bukan sekedar bersumber dari pengetahuan umum semata, tapi juga merujuk kepada pengetahuan Islam,” ujarnya.
Sesi pemaparan materi terakhir yang dibawakan oleh Kepala Bidang Layanan E-government Dinas Komunikasi Informatika dan Persandian Aceh, Hendri Dermawan, S.Kom mengenai kolaborasi pemerintahan Aceh dan masyarakat dalam mewujudkan internet positif.
Menurut Hendri, usaha yang dilakukan pemerintah untuk mewujudkan internet positif tidak akan mencapai titik maksimal bila tidak adanya andil dari masyarakat. “Kita tahu bahwa untuk mewujudkan ini tidak hanya menjadi tugas pemerintah tapi juga menjadi tugas kita semua, baik itu di dunia pendidikan, di dunia bisnis atau masyarakat sekalipun. Oleh sebab itu, tugas kita kedepannya adalah berkolaborasi untuk mengantar masyarakat Aceh masuk ke ruang digital yang baik,” tegasnya.
Hendri kembali menegaskan bahwa kolaborasi yang dilakukan ini tidak hanya berdampak pada peningkatan literasi digital, namun juga berdampak pada hal lainnya. “Kolaborasi para pemangku kepentingan di Aceh dalam rangka menuju internet yang positif menjadi hal yang harus kita lakukan agar pencapaian literasi digital di Aceh semakin cepat. Melalui upaya ini juga mungkin kita dapat meningkatkan ekonomi di aceh,” ungkap Hendri.
Kegiatan Literasi Digital Sektor Pendidikan merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam program Indonesia Makin Cakap Digital yang diinisiasi oleh Kemenkominfo. Program ini dilaksanakan dengan memberikan literasi mengenai teknologi digital melalui sektor pendidikan.
Baca Juga: Literasi Digital Sektor Pemerintahan kepada ASN & SDM Kementerian Agama RI
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News