September
17
2022
     20:49

Bukan Hanya Prediktabilitas, Supply Chain yang Sehat juga Harus Fleksibel

Bukan Hanya Prediktabilitas, Supply Chain yang Sehat juga Harus Fleksibel
ILUSTRASI. Ilustrasi jaringan supply chain yang terkoneksi (Connected Supply Chain).

Sumber: Pressrelease.id | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - Dari kelangkaan masker hingga chip komputer, gangguan supply chain global telah mempengaruhi berbagai sektor. Mulai dari sektor penerbangan dan elektronik, minyak dan gas, hingga sektor kesehatan. Meskipun pemerintah dari berbagai negara telah berkomitmen untuk bekerja sama dalam mengatasi isu yang berkepanjangan ini, namun outlook saat ini masih memproyeksikan bahwa disrupsi supply chain akan berlanjut hingga 2023 dan bahkan seterusnya.

Indonesia tidak terkecuali. Sektor pangan telah menjadi salah satu yang paling terpengaruh oleh gangguan global dan konsekuensinya pun cukup serius. Sebagian besar kebutuhan dasar yang umumnya terjangkau seperti minyak goreng, telur, bawang merah, kedelai, dan cabai mengalami kenaikan harga dalam beberapa bulan terakhir. Isu ini sangat berdampak pada kalangan kelas menengah dan bawah, terutama mereka yang menghadapi masalah ketahanan pangan pasca pandemi. Ditambah lagi dengan wacana perkiraan kenaikan harga bahan pokok seperti roti dan mie dalam waktu dekat, yang dapat semakin memperkeruh situasi.

Isu ini menunjukkan bahwa supply chain global masihlah rentan, meskipun fokus dan investasi pada teknologi dan inovasi digital semakin meningkat. Berbagai faktor makroekonomi, termasuk perang yang sedang berlangsung di Ukraina, sangat mempengaruhi aktivitas ekspor gandum, pupuk, dan minyak bunga matahari di berbagai belahan dunia.

Hal ini tentunya mengganggu strategi suplai yang sebelumnya sudah direncanakan dengan penuh pertimbangan. Akibatnya, akan semakin sulit untuk memprediksi gangguan apa yang dapat terjadi selanjutnya dan kapan.

Diversifikasi tidak harus selalu diiringi dengan bertambahnya kompleksitas

Salah satu komponen penting dalam ketahanan supply chain adalah diversifikasi. Diversifikasi dapat menggerakan supply chain dengan lebih cepat, apabila diterapkan bersama taktik lainnya, seperti meningkatkan tingkat inventaris, mentransfer proses bisnis ke negara terdekat (nearshoring), dan perencanaan berbasis skenario.

Namun, diversifikasi bisa juga menjadi pedang bermata dua. Diversifikasi pemasok dapat membantu memperbaiki masalah suplai yang tengah berlangsung dan meningkatkan ketahanan bisnis. Akan tetapi, hal itu juga dapat menyebabkan peningkatan biaya, kompleksitas, dan rumitnya persyaratan regulasi.

Sebuah survei pra-pandemi oleh Anaplan menemukan bahwa 46% perusahaan masih mengalami kesulitan dalam mengikuti proses operasional mitra supply chain mereka, dan 76% di antaranya menemui masalah dalam mengintegrasikan sistem mereka dengan para pemasok. Tantangan seperti inilah yang mendorong jaringan supply chain untuk saling berkolaborasi, dengan menempatkan proses, data, dan sumber daya manusia sebagai satu kesatuan yang saling terkoneksi. Hal ini diharapkan dapat memperkuat kemampuan perusahaan dalam melakukan forecasting dan perencanaan.

Jaringan Supply Chain yang Terkoneksi (Connected Supply Chain) dapat mendorong pengambilan keputusan yang lebih baik; memungkinkan organisasi untuk memantau berbagai jaringan pemasok, menjalankan skenario, dan mempercepat waktu respon sesuai dinamika saat ini.

Forecasting perlu berkembang dan menjadi dinamis

Perusahaan saat ini tidak lagi bisa mengandalkan perencanaan dan prediksi secara manual melalui spreadsheet atau alat perencanaan tradisional lainnya. Bahkan, sebelum terjadinya kondisi sulit seperti saat ini, platform perencanaan lama sudah menunjukan banyak keterbatasan. Platform tersebut tertantang oleh faktor pasar yang berkembang seperti perubahan tren pelanggan dan harga minyak yang fluktuatif. Terlebih saat ini, keterbatasan platform perencanaan lama pun semakin terlihat ketika Anda perlu mempertimbangkan kesehatan masyarakat umum dan ketidakpastian geopolitik.

Prakiraan dinamis yang diperbarui secara berkala memungkinkan perusahaan untuk belajar dari perubahan yang terjadi di pasar dan segera beradaptasi. Masalah seputar faktor historis dapat diperbaiki dan pengambilan keputusan saat ini dapat dibantu dengan informasi yang disediakan oleh analisis risiko dan peluang, yang dapat mengarah ke proses yang lebih strategis.

Kolaborasi dengan pemangku kepentingan internal dan mitra bisnis eksternal selama forecasting juga sama pentingnya. Hal itu memungkinkan akses real-time pada data yang sama, sehingga dapat dibagikan secara selektif. Penelitian menunjukkan bahwa perusahaan dapat mengurangi biaya akibat ketidakpastian di masa krisis dengan melacak dua metrik khusus: konsistensi (kemampuan pemasok dalam memenuhi pesanan yang berulang) dan pemulihan (kemampuan pemasok dalam memenuhi pesanan setelah memberikan layanan).

Meskipun banyak faktor tak terduga, seperti perubahan yang cepat dalam preferensi konsumen dan ketidakstabilan politik yang berada di luar kendali bisnis, pendekatan kolaboratif dapat meminimalisir dampak negatifnya. Selain itu, membantu para pemangku kepentingan untuk membuat keputusan terbaik dalam memajukan bisnis.

Langkah Selanjutnya

Salah satu tantangan utama dari supply chain adalah perkembangan yang tiada henti. Seiring dengan semakin menurunnya pembahasan seputar pandemi dalam pengambilan keputusan, ada beberapa isu lain yang kini menjadi kekhawatiran utama. Misalnya, peningkatan fokus untuk memerangi perubahan iklim, lanskap geopolitik yang semakin tidak stabil, dan perubahan kebijakan moneter pemerintah yang terus berdampak pada supply chain global.

Dengan begitu, mengapa connected supply chain menjadi penting? Connected supply chain menjadi krusial bagi iklim bisnis saat ini. Jaringan supply chain yang terputus; baik itu berasal dari pengelolaan permintaan, suplai, inventaris, logistik, dan seterusnya, bisa berdampak langsung pada kinerja bisnis. Sehingga, kemungkinan besar perusahaan tersebut tidak lagi mampu memenuhi permintaan pelanggan dan mempertahankan tingkat layanan yang baik.

Hal tersebut dapat berakibat pada penundaan proses operasional perusahaan, yang pada akhirnya justru menambah biaya dan dapat menyebabkan gangguan pada pendapatan bisnis. Itulah kenapa isu antara supply chain dan kinerja bisnis saling berhubungan. Untuk mengatasi isu ini, banyak perusahaan yang menggunakan teknologi dan data guna membantu berbagai peningkatan, seperti mengelola dan menyeimbangkan penawaran dan permintaan, analisis skenario yang cepat, serta akurasi prediksi dalam pengambilan keputusan. Menciptakan supply chain yang terhubung dan kolaboratif dengan baik dapat mendorong bisnis ke arah yang lebih baik. 

 

Tentang Anaplan

Anaplan (NYSE: PLAN) adalah sebuah cara transformatif untuk melihat, merencanakan, dan menjalankan bisnis Anda. Dengan menggunakan teknologi Hyperblock kami, Anaplan memungkinkan Anda untuk dapat mengontekstualisasikan performa terkini, serta memprediksi hasil yang akan didapatkan agar Anda dapat memberikan keputusan secara lebih cepat dan matang.

Hal ini menjadi penting karena menghubungkan strategi dan perencanaan untuk dapat berkolaborasi di seluruh perusahaan Anda adalah hal yang sangat dibutuhkan saat ini agar bisnis dapat terus bergerak maju. Berbasis di San Fransisco, Anaplan memiliki lebih dari 175 mitra dan lebih dari 1.750 pelanggan di seluruh dunia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Release Terkini


2024 © Kontan.co.id A subsidiary of KG Media. All Rights Reserved