March
23
2020
     15:57

Waspadai Pandemi Covid-19, Tetapi Jangan Abaikan TBC

Waspadai Pandemi Covid-19, Tetapi Jangan Abaikan TBC

Di tengah situasi pandemi COVID-19, Indonesia juga masih bergelut melawan penyakit Tuberculosis (TBC). Penyakit ini masih menjadi persoalan kesehatan karena tingginya jumlah pengidap TBC dan berpotensi menyebabkkan kematian. TBC adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis yang masuk ke tubuh seseorang kemudian menjadi TBC laten. Bagian tubuh yang diserang adalah paru-paru, tetapi bagian tubuh lainnya juga bisa menjadi sasaran, seperti sistem peredaran darah, sistem saraf pusat, sistem kelenjar getah bening, tulang, dan lainnya.

Bahayanya adalah penyakit ini bersifat menular karena seseorang yang terkena TBC, jarang menyadari bahwa tubuhnya telah terinfeksi dan kuman TBC telah berkembang biak. Alih-alih melakukan pemeriksaan malahan tetap beraktivitas tanpa alat pengaman, seperti masker sehingga batuk dan bersin akan terbawa oleh butiran debu atau titik air yang berterbangan di udara dan mengenai orang lain.

Walaupun penyakit TBC di Indonesia dinyatakan oleh WHO berada pada urutan ke-3 terbesar di dunia setelah India dan Cina, tetapi kebanyakan orang masih belum menyadari apakah ia mengidap TBC dan kerap bingung membedakannya dengan penyakit lain. Padahal bisa jadi  gejala TBCC sudah dimulai  bertahap kemudian berkembang dalam jangka waktu beberapa minggu hingga berbulan-bulan.

Sebenarnya, saat kuman TBC tersebut masuk ke paru-paru akan terjadi perlawanan dari sistem pertahanan tubuh, yaitu sel-sel darah putih akan mengepung bakteri-bakteri TBC. Masalahnya, bakteri TBC berukuran kecil dan ulet sehingga kebanyakan dapat lolos serta dilapisi oleh zat seperti lilin sehingga dapat tetap hidup. Dalam hal ini kita diharapkan menerapkan gaya hidup sehat dan bersih untuk mendukung sistem pertahanan tubuh untuk memusnahkan kuman yang masuk melalui saluran pernafasan karena bakteri dapat bersarang dalam tubuh tanpa menimbulkan gejala kemudian akan aktif bila sistem imunitas melemah.

Manager Medical Underwriter Sequis dokter Fridolin Seto Pandu mengatakan jika secara fisik terdapat gejala-gejala, seperti nafsu makan berkurang, sering keringat dingin terutama pada malam hari, sering merasa lelah berlebihan, batuk berdahak berkepanjangan hingga 3 minggu yang tak kunjung sembuh hingga mengalami batuk berdarah,  perubahan warna kulit menjadi lebih pucat, terasa nyeri pada dada dan merasa sesak ketika bernafas, sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter.

 “Bila mendapati diri atau keluarga kita terdapat gejala yang disebutkan, sebaiknya segera periksa ke dokter spesialis paru dan penyakit dalam karena jika dibiarkan dapat merusak jaringan paru dan menularkan ke orang lain. Bagi yang memiliki sistem imunitas yang lemah dan pernah melakukan kontak dengan penderita TBC juga disarankan untuk melakukan pemeriksaan TBC. Nantinya, dokter ahli selain melakukan pemeriksaan fisik juga akan melakukan serangkaian pemeriksaan penunjang untuk mengetahui apakah pasien positif mengidap penyakit TBC,” sebut dr. Fridolin.

Kabar baiknya adalah penyakit ini masih bisa disembuhkan. Untuk itu, jika dinyatakan positif mengidap TBC, tuntaskan pengobatan yang durasinya telah ditetapkan oleh dokter. Pasien harus disiplin menjalani pengobatan, jangan sampai tidak teratur dan berhenti. Minum obat di bawah pengawasan dokter hingga tuntas. Ketidak konsistenan pasien dapat mengakibatkan pasien TBC menjadi resisten pada obat.  Bahkan ketika dinyatakan sembuh, pasien haruslah tetap melakukan pemeriksaan ulang untuk menguji apakah pengobatan berhasil. Sebaliknya, jika dalam waktu 6 bulan tidak kunjung sembuh maka dokter akan melakukan uji resistensi pada obat yang diberikan.  

Saat menjalani masa pengobatan, pasien masih berpotensi menularkan TBC sehingga haruslah melakukan tindakan preventif agar tidak menularkan penyakitnya pada orang lain. “Saat menjalani pengobatan, pasien harus mengerti apa saja petunjuk dokter, bagaimana tahapan pengobatan yang harus ia jalani, dan tahu alasan mengapa harus disiplin berobat. Selama menjalani pengobatan,  jangan lupa selalu gunakan masker dan sering diganti selang 4 jam. Pasien juga harus mengerti cara menggunakan masker dan membuang sampah maskernya ke dalam plastik yang dibungkus. Saat batuk sebaiknya dibuang di air mengalir atau wadah tertutup lalu disiram cairan desinfektan. Seringkali, orang membuang dahak sembarangan saat di jalan padahal ini berpotensi menularkan penyakit. Jangan lupa perhatikan kualitas hunian dan kamar, terutama soal sirkulasi udara dan tidak tidur sekamar dengan orang lain. Berjemur di pagi hari dan membiarkan sinar matahari masuk ke rumah sangat baik buat kesehatan pasien TBC. Sinar matahari penting karena kuman TBC dapat hidup selama berbulan-bulan di tempat  sejuk, lembab, dan gelap bahkan di tempat kering. Bisa mati bila terkena cahaya matahari atau panas,“ sebut dr. Fridolin lagi.

Bila Pernah Terjangkit TBC Apakah Dapat Membeli Asuransi Kesehatan?

Pengobatan penyakit TBC tentu membutuhkan biaya besar terutama jika kondisi penyakit pasien sudah dalam tahapan kronis. Oleh karena itu, hidup sehat dan bersih haruslah menjadi gaya hidup. Selain soal kesehatan, penting juga kita memiliki kemampuan mengelola risiko, yaitu bagaimana pendapatan yang diperoleh tidak hanya habis untuk membiayai kebutuhan hidup namun mampu melipat kekayaan dan mempercepat pertumbuhannya.

Halaman   1 2 Show All

Release Terkini

No Release Found

Terpopuler


2024 © Kontan.co.id A subsidiary of KG Media. All Rights Reserved