October
04
2016
     06:39

Tekanan Inflasi Jakarta Bulan September 2016 Tetap Rendah

Tekanan Inflasi Jakarta Bulan September 2016 Tetap Rendah Pencapaian inflasi di DKI Jakarta pada September 2016 tetap rendah walaupun mengalami peningkatan dibandingkan dengan bulan sebelumnya (0,01%). Pada bulan ini inflasi tercatat sebesar 0,18% (mtm), lebih rendah dari pencapaian inflasi nasional sebesar 0,22% (mtm). Rendahnya inflasi Jakarta dikontribusi oleh terjadinya koreksi harga pada beberapa komoditas pangan dan harga emas perhiasan, di tengah meningkatnya tekanan inflasi akibat kenaikan tarif listrik dan produk kesehatan. Berbeda dengan perkembangan inflasi pada beberapa bulan terakhir yang lebih rendah dari historisnya, inflasi September sejalan dengan historisnya dalam lima tahun terakhir yang juga tercatat sebesar 0,18% (mtm). Sementara itu, perkembangan laju inflasi sejak awal tahun 2016 baru mencapai 1,60% (ytd), jauh lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata lima tahun sebelumnya sebesar 4,03% (ytd). Pencapaian tersebut juga lebih rendah dari inflasi nasional yang mencapai 1,97%, serta termasuk yang terendah di kawasan Jawa.

 Kelompok volatile food (bahan pangan yang harganya kerap bergejolak) pada bulan ini tercatat mengalami deflasi yang terutama bersumber dari koreksi harga komoditas yang tergabung pada subkelompok daging dan hasil-hasilnya. Komoditas daging ayam ras mengalami deflasi sebesar 2,77% (mtm), sementara daging ayam kampung mengalami deflasi sebesar 1,84% (mtm). Pasokan ayam ras yang semula berkurang akibat kebijakan pemusnahan grandparent stock, mulai berangsur normal. Hal itu juga ditenggarai oleh menurunnya harga pakan ternak. Turunnya harga daging ayam juga berdampaknya pada turunnya harga telur ayam ras, yang juga mengalami deflasi sebesar 2,82% (mtm). Adapun harga beras masih relatif terkendali, seiring dengan terjaganya pasokan melalui manajemen stok yang baik, sehingga mampu menekan gejolak harga yang berlebih di tengah musim tanam pada beberapa sentra produksi beras. Perayaan Hari Raya Idul Adha pada awal bulan September tidak menimbulkan gejolak harga yang berlebih pada komoditas pangan. Secara keseluruhan, bahan makanan mengalami deflasi sebesar 0,27% (mtm).

 Berbeda dengan volatile food, berbagai komoditas yang tergabung dalam kelompok administered prices pada bulan September tercatat mengalami inflasi, namun tetap terkendali. Tekanan inflasi akibat dari meningkatnya indeks harga komoditas tarif listrik sebesar 0,75% (mtm), sebagai dampak dari kenaikan tarif 12 golongan listrik nonsubsidi, tertahan oleh deflasi pada komoditas angkutan. Perayaan Hari Raya Idul Adha yang dimanfaatkan untuk berlibur, tidak berdampak pada gejolak inflasi yang tinggi pada komoditas transportasi. Hal itu terlihat dari pergerakan harga moda angkutan udara yang tercatat mengalami deflasi sebesar 4,15% (mtm). Berbagai kebijakan yang diterapkan pemerintah dalam penetapan harga serta tren harga minyak dunia yang masih rendah berdampak pada stabilnya inflasi administered prices.

Pencapaian inflasi September 2016 yang rendah turut didukung oleh terkendalinya kelompok inflasi inti. Deflasi emas perhiasan sebesar 0,73% (mtm), mampu menahan tekanan harga komoditas lainnya dalam kelompok inflasi inti, seperti kenaikan indeks harga pada komoditas sewa rumah sebesar 1,58% (mtm) dan kontrak rumah sebesar 0,18% (mtm). Tingkat permintaan masyarakat yang masih relatif terbatas serta ekspektasi inflasi yang rendah turut menyumbang pencapaian inflasi inti yang stabil.

Memerhatikan pola pergerakan harga-harga di pasar, tekanan inflasi pada bulan Oktober hingga akhir tahun 2016 diprakirakan akan tetap terkendali dan cenderung berada pada level bawah dari target inflasi. Tidak adanya hari raya/libur panjang serta momen tertentu pada bulan Oktober akan membawa laju inflasi menurun, sebagaimana pola historisnya dalam beberapa tahun sebelumnya. Adapun tekanan inflasi hanya terdapat pada akhir tahun 2016, yang bertepatan dengan perayaan Natal dan tahun baru 2017. Perkembangan inflasi DKI Jakarta juga diprediksi lebih terkendali dibandingkan nasional serta kawasan Jawa. Walau demikian, hujan berkepanjangan yang disebabkan oleh La-Nina perlu diwaspadai karena dapat mengganggu pasokan pangan ke ibukota.

Penguatan koordinasi Bank Indonesia dan Pemerintah Provinsi DKI serta BUMD di bidang pangan melalui TPID akan selalu digalakkan untuk mencapai inflasi yang rendah dan stabil pada tahun 2016. Berbagai program TPID harus selaras dengan program-program kerja di Bank Indonesia dan masingmasing SKPD Pemerintah Provinsi dan instansi terkait lainnya, terutama yang menyangkut ketahanan pangan dan kelancaran distribusi pangan. Koordinasi yang baik juga sangat diperlukan dalam sinkronisasi kebijakan, yang didukung dengan komitmen yang kuat dari berbagai pihak dalam mengimplementasikan Roadmap Pengendalian Inflasi Jakarta. Tercapainya kestabilan inflasi akan mendorong pembangunan ekonomi Jakarta secara keseluruhan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 3 Oktober 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DKI Jakarta, Doni P. Joewono Direktur


Release Terkini

No Release Found

Terpopuler


2024 © Kontan.co.id A subsidiary of KG Media. All Rights Reserved