August
29
2017
     16:28

Masyarakat Indonesia Berjuang Meningkatkan Kesejahteraan

Masyarakat Indonesia Berjuang Meningkatkan Kesejahteraan

Secara keseluruhan, masyarakat Indonesia kehilangan kepercayaan diri mereka dalam hal kesehatan dan kesejahteraan Para responden memiliki tantangan finansial, tidak fokus dan tidak punya waktu untuk diri sendiri. Masyarakat Indonesia ‘terjebak persepsi usia’ dan terus menunda persiapan pensiun Jakarta, 29 Agustus 2017 – PT Asuransi Cigna (Cigna Indonesia) hari ini mengumumkan hasil Survei Skor Kesejahteraan 360° di Indonesia. Survei ini menunjukkan turunnya skor kesehatan dan kesejahteraan masyarakat Indonesia karena faktor finansial.

Skor kesehatan dan kesejahteraan masyarakat Indonesia turun cukup signifikan di tahun 2016, meskipun masih berada di batas rata-rata skor internasional. Dari 13 negara, Indonesia berada di posisi ke-6 dengan skor 62,8; sedikit di bawah Uni Emirat Arab (63,1), namun lebih tinggi dibandingkan Britania Raya (60,8), Singapura (59,4), dan Hong Kong (58,6).

Survei Skor Kesejahteraan 360° merupakan survei tahunan yang diadakan oleh Cigna untuk membantu masyarakat di negara tempat Cigna beroperasi memahami persepsi mereka sendiri mengenai kesehatan dan kesejahteraan. Skor ini dinilai berdasarkan 5 pilar utama, yakni fisik, finansial, pekerjaan, keluarga dan sosial.

“Survei Skor Kesejahteraan 360° sudah dua kali dilakukan di Indonesia. Kami melakukannya sebagai upaya menjadi perusahaan yang berfokus kepada nasabah, serta untuk melihat persepsi masyarakat Indonesia secara keseluruhan mengenai kesehatan dan kesejahteraan,” ujar Herlin Sutanto, Presiden Direktur Cigna Indonesia dalam acara konferensi pers Survei Skor Kesejahteraan 360° di Jakarta. “Misi Cigna adalah membantu orang-orang yang kami layani meningkatkan kesehatan, kesejahteraan dan rasa aman mereka. Untuk mewujudkannya, kami merasa perlu untuk terus memperbaharui pengetahuan kami mengenai hal-hal yang bermakna bagi masyarakat Indonesia, dan apa yang menghalangi mereka dalam meraih impian hidup. Menurut survei ini, persepsi masyarakat Indonesia terhadap kesehatan dan kesejahteraan mereka turun cukup signifikan karena faktor finansial.”

Dampak tantangan finansial terhadap kesehatan dan kesejahteraan keluarga

Sejak survei ini dilakukan pertama kali di Indonesia pada tahun 2015, kondisi keuangan masih menjadi tantangan utama bagi masyarakat Indonesia. Skor finansial masih menempati urutan terbawah dibandingkan aspek kesejahteraan lainnya seperti pekerjaan dan kesejahteraan sosial. Tantangan inilah yang kemudian menjadi alasan utama mengapa mayoritas responden semakin tidak percaya diri dalam menjamin kesehatan dan kesejahteraan keluarga mereka. Survei ini menunjukkan bahwa hanya 24% responden yang bisa memenuhi kebutuhan kesehatan keluarga mereka, dan hanya 21% yang bisa membantu kondisi keuangan orang tua mereka.

Selain itu, meskipun jumlah masyarakat usia produktif di Indonesia cukup besar, banyak di antara mereka yang terjebak dalam kondisi ‘generasi sandwich’. Mitos yang awam di kalangan masyarakat Indonesia adalah ‘banyak anak, banyak rejeki’, sebuah anggapan yang memberikan asumsi bahwa, begitu memasuki usia produktif, anak-anak harus menyokong hidup orang tua mereka secara finansial. Sayangnya, saat mereka melakukan hal tersebut, mereka juga tetap harus membiayai hidup keluarga mereka sendiri. Hal inilah yang menyebabkan mereka terjebak di antara dua generasi.

“Masyarakat Indonesia khawatir terhadap kondisi keuangan mereka sendiri karena mereka mungkin tidak bisa menjamin kesehatan dan kesejahteraan keluarga mereka; dan ketika kita berbicara tentang keluarga, itu bisa berarti anak-anak mereka dan orang tua mereka,” ujar Ben Furneaux, Chief Marketing Officer Cigna Indonesia. “Tahun lalu, 49% responden merasa yakin mereka bisa menjamin kesehatan dan kesejahteraan orang tua mereka. Tahun ini, jumlahnya hanya 32%. Tahun lalu, ada 63% responden yang yakin bahwa mereka bisa menjamin kesehatan dan kesejahteraan anak-anak mereka. Tahun ini, jumlahnya turun hingga 44% responden.”
Ketika masyarakat Indonesia disibukkan dengan segudang tanggung jawab dalam mengurus dua generasi keluarga, mereka kehilangan waktu untuk diri mereka sendiri. Hanya 37% masyarakat Indonesia yang cukup tidur setiap malam –turun dari tahun lalu yang sebanyak 48%. Lalu, hanya 24% masyarakat Indonesia yang bisa berolah raga dengan teratur untuk menjaga kesehatan mereka. “Tidur nyenyak dan olah raga rutin merupakan dua faktor penting bagi kita untuk bisa hidup sehat,” ujar Ben. “Namun dengan begitu padatnya tugas dan tanggung jawab, masyarakat Indonesia tidak lagi memiliki waktu untuk memikirkan kesejahteraan diri mereka sendiri. Sayangnya, tubuh dan fisik yang letih merupakan sarang empuk untuk berbagai macam penyakit.”

Tantangan dalam menjaga keseimbangan kehidupan profesional dan pribadi

Meskipun memiliki tanggung jawab yang begitu besar dalam menyokong kehidupan orang-orang yang mereka cintai, pada kenyataannya banyak masyarakat Indonesia yang tidak punya cukup waktu untuk keluarga. Menurut hasil survei, lebih dari setengah responden tidak puas dengan waktu yang mereka habiskan untuk keluarga karena banyaknya tantangan di dunia pekerjaan. Hampir 90% responden merasa jam kerja mereka tidak wajar, dan hanya 2 dari 10 responden yang memiliki hubungan yang baik dengan atasan mereka. “Lalu, meskipun pengorbanan mereka begitu besar, ternyata mereka juga tidak memiliki kepastian di lingkungan kerja. Hanya 12% responden yang mereka pekerjaan mereka merupakan pekerjaan yang aman dan stabil secara ekonomi,” tambah Ben.

Halaman   1 2 Show All

Release Terkini

No Release Found

Terpopuler


2024 © Kontan.co.id A subsidiary of KG Media. All Rights Reserved