August
18
2021
     13:47

Manfaatkan Limbah Tekan Biaya Produksi, Penyuluh Perikanan Dianugerahi Satyalancana

Manfaatkan Limbah Tekan Biaya Produksi, Penyuluh Perikanan Dianugerahi Satyalancana

JAKARTA (18/8) - Tingginya harga pakan ikan sebagai komponen terbesar, sekitar 60-80%, dalam kegiatan budidaya perikanan menjadi permasalahan bagi masyarakat pembudidaya ikan. Banyaknya sampah dan limbah rumah tangga yang terus-menerus dihasilkan setiap hari juga merupakan salah satu permasalahan lainnya di masyarakat.

Lalu apa hubungannya? Tingginya kedua permasalahan tersebut ternyata dapat ditekan melalui inovasi maggot sebagai pakan ikan, yang dibudidayakan menggunakan sampah dan limbah rumah tangga sebagai pakan maggot.

Pembangunan perikanan budidaya sebagai salah satu landasan bagi pemulihan dan pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang menghadapi berbagai tantangan antara lain pemenuhan kecukupan sumber protein pangan, peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan dan penyediaan lapangan kerja melalui optimalisasi sumber daya perikanan yang ada. Berdasarkan tantangan dan masalah di atas maka penciptaan dan pengembangan teknologi budidaya perikanan yang partisipatif dan spesifik lokasi harus dilakukan.

Seiring dengan meningkatnya harga pakan komersial akibat tingginya harga tepung ikan membuat biaya produksi ikan semakin meningkat. Untuk menurunkan biaya produksi dari pakan, perlu dicarikan bahan alternatif yang dapat digunakan sebagai pakan atau bahan pengganti tepung ikan.

Salah satu bahan alternatif tersebut adalah larva serangga bunga dari spesies Hermetia illucens (larva serangga Black Soldier Flies disingkat BSF atau disebut maggot), yang diproduksi melalui proses biokonversi. Biokonversi adalah sebuah proses untuk mengubah bentuk dari produk yang kurang bernilai menjadi produk bernilai menggunakan agen biologi (serangga BSF).

Terkait maggot tersebut, telah banyak yang dilakukan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), melalui Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM), mulai dari riset dan inovasi teknologi, budidaya, hingga implementasi dan pendampingannya di masyarakat. Salah satu sosok yang telah berjasa dalam mengembangkan maggot di masyarakat adalah Mahmud Efendi, Penyuluh Perikanan Pertama pada Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan Tegal BRSDM.

Atas prestasinya tersebut Mahmud dianugerahi Tanda Kehormatan Satyalancana Wira Karya dari Presiden Joko Widodo, yang diserahkan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono, Selasa (17/8/2021), bersama beberapa pegawai KKP lainnya, termasuk dari BRSDM.

Mahmud dinilai berhasil memasyarakatkan dan mendampingi proses kloning budidaya BSF sebagai solusi pengolahan sampah penghasil pakan ikan alternatif yang ramah lingkungan, berbiaya murah dan sederhana, kandungan protein lebih tinggi dari pakan pabrikan, sehingga meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Temanggung.

"Kepada Bapak, Ibu penerima Satyalancana hari ini, anda merupakan ujung tombak terdepan Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk hadir di tengah-tengah masyarakat kelautan dan perikanan dalam memberikan pelayanan yang terbaik," ucap Menteri Trenggono.

Menurut Plt. Kepala BRSDM Kusdiantoro, upaya yang dilakukan pihaknya dalam rangka mendukung tiga terobosan yang menjadi prioritas utama KKP 2021-2024. Pertama, peningkatan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari sumber daya alam perikanan tangkap untuk peningkatan kesejahteraan nelayan. Kedua, Pengembangan perikanan budidaya untuk peningkatan ekspor. Ketiga, pembangunan kampung-kampung perikanan budidaya air tawar, air payau dan air laut berbasis kearifan lokal.

Halaman   1 2 Show All

Release Terkini

No Release Found

Terpopuler


2024 © Kontan.co.id A subsidiary of KG Media. All Rights Reserved