February
14
2019
     19:16

Laba Sebelum Pajak Tahun 2018 Maybank Indonesia Melonjak 20,5% Mencapai Rekor Rp 3 Triliun

Laba Sebelum Pajak Tahun 2018 Maybank Indonesia Melonjak 20,5% Mencapai Rekor Rp 3 Triliun

Jakarta, 14 Februari 2019. PT Bank Maybank Indonesia Tbk (“Maybank Indonesia” atau “Bank”) hari ini mengumumkan bahwa laba bersih setelah pajak dan kepentingan non pengendali (PATAMI–profit after tax & minority interest) untuk tahun keuangan yang berakhir 31 Desember 2018 melonjak 21,6% mencapai rekor baru sebesar Rp2,2 triliun, didukung Pendapatan Bunga Bersih (NII) yang lebih tinggi dan perbaikan kualitas aset. Laba Sebelum Pajak (PBT) meningkat 20,5% mencapai rekor Rp3,0 triliun, sementara PBT recurring tumbuh 34,3% secara tahunan setelah eliminasi pendapatan one-off terutama dari penjualan surat berharga pada 2017. Kualitas aset yang lebih baik, pertumbuhan yang solid di bisnis Syariah disertai peningkatan kinerja pada anak perusahaan, dan pengelolaan biaya strategis secara berkelanjutan juga memberikan kontribusi bagi peningkatan kinerja Bank.

Bank mencatat pendapatan bunga bersih tumbuh 5,2% menjadi Rp8,1 triliun pada Desember 2018 dibanding Rp7,7 triliun tahun lalu. Implementasi penerapan pricing yang disiplin oleh Bank secara berkelanjutan disertai efisiensi operasional yang meningkat memungkinkan Bank untuk menahan tekanan pada marjin bunga, menghasilkan peningkatan marjin bunga bersih sebesar 7 basis poin menjadi 5,2%.

Kualitas aset Bank meningkat signifikan seperti tercermin dari tingkat NPL yang lebih rendah sebesar 2,6% (gross) dan 1,5% (net) per 31 Desember 2018 dibanding 2,8% (gross) dan 1,7% (net) tahun lalu, hal ini menegaskan kembali keberhasilan Bank dalam mengelola kualitas aset melalui pertumbuhan yang selektif dan bertanggung jawab. Bank juga berhasil melakukan penjualan sebagian NPL lama (NPL legacy) dan kredit macet yang telah dihapusbukukan (write-off NPL legacy) sebagai bagian dari upaya berkelanjutan untuk membersihkan portofolio kredit Bank. Bank senantiasa konservatif dalam mengelola kualitas aset dan mengambil langkah proaktif sejak awal pada fasilitas kredit nasabah yang terdampak oleh iklim ekonomi yang penuh tantangan. Sehubungan dengan peningkatan kualitas aset, Bank juga mampu mengurangi penyisihan kerugian penurunan nilai kredit sebesar 38,6% menjadi Rp1,3 triliun sepanjang tahun 2018.

Biaya overhead tetap terkendali dengan pertumbuhan marjinal sebesar 4,0% menjadi Rp6,0 triliun sebagai hasil dari inisiatif pengelolaan biaya strategis secara berkelanjutan di seluruh lini bisnis dan unit pendukung.

Strategi Bank dalam menumbuhkan portofolio secara prudent disertai dengan kebijakan manajemen risiko yang kuat juga memberikan kontribusi bagi perbaikan kinerja tahun ini. Bank mencatat pertumbuhan kredit yang berkelanjutan sebesar 6,3% mencapai Rp133,3 triliun per 31 Desember 2018 dari Rp125,4 triliun tahun lalu. Kredit CFS-Non Ritel, yang terdiri dari kredit Mikro, Usaha Kecil & Menengah (UKM) dan Business Banking tumbuh 10,9% mencapai Rp58,3 triliun per 31 Desember 2018 dari Rp52,6 triliun tahun lalu, sementara kredit CFS Ritel meningkat 3,1% mencapai Rp44,0 triliun per Desember 2018 dari Rp42,7 triliun tahun lalu. Perbankan Global membukukan pertumbuhan kredit sebesar 2,9% mencapai Rp31,0 triliun sehubungan adanya pelunasan dipercepat dari beberapa nasabah korporasi pada kuartal keempat 2018.

Selaras dengan strategi Bank untuk mengurangi ketergantungan pada simpanan berbiaya tinggi, total simpanan nasabah turun 3,7% menjadi Rp116,8 triliun per Desember 2018 dibandingkan Rp121,3 triliun tahun lalu. Meskipun demikian, Bank terus secara aktif mengelola aset dan kewajiban untuk memastikan tingkat pendanaan dan biaya yang optimal sepanjang waktu.

Bank menjaga posisi modal yang kuat dengan total modal mencapai Rp26,1 triliun pada 2018. Penambahan modal melalui rights issue yang diselesaikan pada semester pertama 2018, meningkatkan modal Tier 1 sebesar Rp2,0 triliun. CAR Bank meningkat menjadi 19,0% per 31 Desember 2018 dari 17,5% pada tahun lalu.

Perbankan Syariah

Perbankan Syariah terus mencatat kinerja yang sangat baik pada 2018 dengan laba bersih meningkat 27,3% mencapai Rp803,3 miliar dari Rp630,9 miliar. Total aset naik sebesar 11,2% menjadi Rp30,2 triliun, mencapai 17,0% dari total aset Bank. Total pembiayaan Syariah tumbuh 14,6% dari Rp20,7 triliun per Desember 2017 menjadi Rp23,7 triliun per Desember 2018, sementara total simpanan tumbuh 39,7% dari Rp16,7 triliun menjadi Rp23,3 triliun. Pertumbuhan disertai dengan kualitas aset yang lebih baik dengan penurunan tingkat Non Performing Financing (NPF) 2.8% (gross) dan 1.9% (net) pada Desember 2018 dibanding 3.0% (gross) dan 2.0% (net) pada tahun sebelumnya. Strategi Sharia First Bank dan implementasi Leverage Model dimana Unit Usaha Syariah memiliki akses pada sumber daya seluruh Bank untuk mengembangkan dan memasarkan seluruh produk Syariah memainkan peran penting bagi kinerja Perbankan Syariah Maybank Indonesia yang signifikan.

Perbankan Syariah terus mengadopsi pendekatan yang berbeda (differentiated approaches) di pasar melalui pengenalan produk dan kemitraan yang inovatif. Perbankan Syariah menyediakan fasilitas hedging Syariah pertama di Indonesia kepada nasabah korporasi pada 2018 dan ditunjuk sebagai Mitra Pengelola Keuangan Haji oleh Badan Pengelola Keuangan Haji/BPKH. Berkaitan dengan penunjukkan tersebut, Maybank Syariah belum lama ini telah meluncurkan produk simpanan “My Arafah” yang dalam waktu singkat jumlah rekening telah mencapai 3.000.

Halaman   1 2 Show All

Release Terkini

No Release Found

Terpopuler


2024 © Kontan.co.id A subsidiary of KG Media. All Rights Reserved