January
06
2021
     19:42

Kemenperin Pacu Produktivitas IKM Tahu Tempe Lebih Higienis dan Efisien

Kemenperin Pacu Produktivitas IKM Tahu Tempe Lebih Higienis dan Efisien

Kementerian Perindustrian aktif mendorong produsen tahu dan tempe, yang merupakan pelaku industri kecil menengah (IKM), untuk terus meningkatkan produktivitasnya secara higienis dan efisien. Langkah ini diwujudkan melalui pelaksanaan berbagai program pembinaan, seperti pendampingan, bimbingan teknis produksi dan sertifikasi keamanan pangan.

“Cara pengolahan yang mudah, mesin dan peralatan yang sederhana, membuat tahu tempe banyak diproduksi di seluruh pelosok tanah air. Dominannya berada di Pulau Jawa, yakni di Provinsi Jawa Tengah, Jawa Barat dan Jawa Timur. Sebagian besar adalah pelaku skala kecil,” kata Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Gati Wibawaningsih di Jakarta, Rabu (6/1).

Dirjen IKMA menjelaskan, tahu dan tempe merupakan produk makanan olahan yang berasal dari kedelai. Kedua produk tersebut sangat familiar bagi penduduk Indonesia, bahkan tidak jarang yang mengkonsumsi dalam frekuensi yang cukup tinggi.

“Hal ini tampak dari konsumsi tahu perkapita per minggu sebesar 0,15 kg dan konsumsi tempe perkapita per minggu sebesar 0,14 kg,” ungkapnya. Selain karena harga yang terjangkau, tahu dan tempe juga mengandung banyak kandungan gizi. “Hampir 90% kedelai di Indonesia digunakan untuk pembuatan tahu dan tempe, sedangkan sisanya untuk produk lainnya seperti tauco dan kecap,” imbuhnya.

Guna meningkatkan produktivitas IKM tahu dan tempe, Kemenperin juga terus mendorong penerapan teknologi tepat guna, fasilitasi mesin dan peralatan, serta pemanfaatan program restrukturisasi mesin dan peralatan. “Tidak hanya itu, dalam rangka penumbuhan wirausaha baru IKM tahu tempe dan produk olahan turunan tahu tempe, juga diberikan pembinaan SDM dan teknologi produksi seperti pelatihan manajemen dan teknis produksi serta diversifikasi produk,” papar Gati.

Bahkan, program industri hijau atau industri ramah lingkungan turut dilaksanakan melalui kegiatan pendampingan produksi bersih serta fasilitasi mesin dan peralatan pengolahan limbah sentra IKM tahu dan tempe. Tujuan program ini diberikan untuk mendorong para pelaku IKM tahu dan tempe menuju aktivitas usaha yang ramah lingkungan.

“Kegiatan tersebut sudah dilakukan di daerah Magelang, Singkawang, Makassar dan Bandung,” sebutnya. Selain itu, program ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, baik dari sisi penggunaan bahan baku dan bahan penolong, serta penghematan penggunaan energi dan air dalam menghasilkan produk yang berbasis pada konsep 3R (reduce, reuse, dan recycle). “Diharapkan melalui program ini akan berdampak langsung pada pengurangan limbah yang dihasilkan dari proses produksi,” tambah Gati.

Lebih lanjut, Kemenperin terus mendorong pemerintah daerah untuk membangun atau melakukan revitalisasi sentra-sentra IKM tempe dan tahu melalui program Dana Alokasi Khusus (DAK). Hal ini sudah dimulai di beberapa kabupaten/kota, antara lain Malang, Balikpapan, Langsa, dan Kediri. “Dengan adanya program revitalisasi sentra tersebut, tentunya akan memperbarui tempat-tempat produksi, dengan didukung mesin dan peralatan, serta pembangunan sarana IPAL,” terangnya.

Gati menyatakan, pihaknya juga memacu peningkatan daya saing produk melalui inovasi produk atau proses produksi. Misanya pelaku IKM Jadah Tempe “Mbah Carik” di Yogyakarta, yang telah melakukan inovasi teknologi produk olahan tempe sehingga umur simpan bisa sampai enam bulan.

“Mbah Carik terus berinovasi tidak hanya sekedar menjual olahan tempe. Untuk meningkatkan umur produk agar lebih tahan lama, Jadah Tempe Mbah Carik diproses dengan teknologi retort. Produk inovasi ini bisa bertahan hingga enam bulan sehingga konsumen dari luar Yogyakarta dapat membeli produk ini sebagai oleh-oleh,” paparnya.

Halaman   1 2 Show All

Release Terkini

No Release Found

Terpopuler


2024 © Kontan.co.id A subsidiary of KG Media. All Rights Reserved