RS Rujukan Harus Jadi Pengampu Berikan Pembekalan Deteksi Dini Penyakit Katastropik
Sumber: Pressrelease.id | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyatakan penanganan penyakit katastropik seperti stroke, jantung, ginjal, dan kanker harus menjadi prioritas layanan RS rujukan seperti RSUD Al Ihsan, Bandung, Jawa Barat. Menkes Budi berharap lebih banyak pasien rumah sakit rujukan keluar melalui pintu depan dalam kondisi sembuh daripada harus keluar melalui pintu belakang dalam kondisi meninggal.
“Nah saya jadi menteri kan waktunya singkat. Ya sudah, saya fokusnya mengurangi supaya lebih sedikit yang keluar dari belakang. Kalau bisa, keluarnya semua dari depan. Masuk dari depan, keluar dari depan,” ujar Menkes Budi saat meresmikan layanan rujukan prioritas RSUD Al Ihsan Bandung, Jumat (16/2).
Layanan prioritas RSUD Al Ihsan yang diresmikan Menkes Budi merupakan implementasi transformasi kesehatan, khususnya transformasi layanan rujukan. Layanan itu, yakni Cardiac Surgery Center, Stroke Center, Radiotherapy Center, Pengobatan TB Paripurna, dan One Stop Service Kanker Paru.
Layanan rujukan tersebut merupakan fasilitas rujukan penyakit katastropik atau penyakit yang mengancam nyawa dan membutuhkan biaya pengobatan yang besar serta proses penyembuhan yang lama.
Menkes Budi mengingatkan tugas penting dari layanan rujukan, seperti RSUD Al Ihsan, tidak hanya terletak pada kemampuan menangani berbagai penyakit yang bersifat katastropik, tetapi juga pada kemampuan untuk mengampu atau mentransfer pengetahuan layanan unggulan yang dimilikinya ke seluruh rumah sakit di kabupaten/kota di Jawa Barat.
“Jadi tugasnya Rumah Sakit Al ihsan adalah mengampu. Bukan hanya pintar sendiri, tapi harus bisa semua kabupaten kota di Jawa Barat harus bagus RSUD-nya. Kalau bisa sedikit sekali yang dirujuk ke Al Ihsan. Semakin sedikit yang dirujuk, semakin bagus Al Ihsan-nya,” kata dia.
Kemenkes menetapkan 10 layanan kesehatan prioritas yang menjadi perhatian dalam transformasi layanan rujukan. Sepuluh layanan kesehatan prioritas tersebut adalah kanker, jantung, stroke, ginjal, kesehatan ibu anak, TB respirasi, diabetes melitus, gastrohepatologi, penyakit infeksi emerging, dan kesehatan jiwa.
Kanker, jantung, stroke, dan ginjal yang merupakan penyakit katastropik masih menjadi penyebab utama kematian di Indonesia. Untuk itu, Kementerian Kesehatan memberikan perhatian khusus pada penyakit katastropik tersebut melalui transformasi layanan rujukan di berbagai RS seperti RSUD Al Ihsan Bandung, Jawa Barat.
Pada kesempatan peresmian layanan rujukan prioritas RSUD Al Ihsan Bandung, Menkes Budi terus mengingatkan bahwa deteksi dini menjadi hal yang sangat penting agar beban layanan rujukan tidak semakin berat dan pasien dapat tertangani lebih awal sebelum kondisi penyakit semakin memburuk.
“Karena kanker itu obatnya satu, yaitu harus deteksi dini, itu 80% sembuh. Kalau deteksinya telat, 80% wafat. Nah, ibu pilih mau wafat mau sembuh?” ujar Menkes Budi tentang pentingnya deteksi dini kanker payudara kepada peserta yang hadir dalam peresmian layanan rujukan prioritas RSUD Al Ihsan Bandung.
Menkes Budi juga mengingatkan pentingnya pemeriksaan kesehatan yang berkaitan dengan darah agar masyarakat terhindar dari berbagai penyakit katastropik. Ia menambahkan, pemeriksaan darah di masyarakat harus difokuskan pada tiga hal utama, yaitu tekanan darah, kadar gula darah, dan kadar lemak darah.
“Pak, Bu, kalau mau sehat, udah yang diukur berkaitan dengan darah 3 saja dulu. Tekanan darah, gula darah, lemak darah,” kata Menkes Budi.
Direktur RSUD Al Ihsan Dewi Basmala menjelaskan Al Ihsan sudah berupaya meningkatkan kualitas layanan rujukan berbasis teknologi untuk penyakit katastropik. Dalam upaya itu, RSUD Al Ihsan sudah menangani lima jenis kasus penyakit katastropik terbanyak melalui layanan bedah jantung terbuka, kanker terpadu, urologi dan nefrologi, stroke, dan radioterapi.
“Kanker terpadu, semua jenis kanker bisa ditangani di sini mulai dari deteksi dini, tindakan operasi, kemoterapi, sampai dengan radio kemoterapi,” papar Dewi.
Direktur Dewi menambahkan kemampuan RSUD Al Ihsan memberikan layanan untuk penyakit katastropik tidak dapat dilepaskan dari upaya transformasi SDM kesehatan yang dilakukan RSUD Al Ihsan. Dewi menyatakan sertifikasi tenaga kesehatan di RSUD Al Ihsan sudah melebihi 20 JPL.
“Kami mempunyai spesialis, sub spesialis,dan sertifikasi nakes sudah melebihi dari 20 JPL,” kata dia.
Baca Juga: Perbaiki Kesehatan di Indonesia, Kemenkes Kerjasama dengan KADIN Indonesia
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News